Latest News

Featured
Featured

Gallery

Technology

Video

Games

Recent Posts

Sunday, 22 January 2017

MARIA BUNDA ALLAH

MARIA BUNDA ALLAH
Setiap tanggal 1 Januari Gereja Semesta mempersembahkannya kepada Bunda Maria sebagai Hari Raya Santa Maria Bunda Allah. Banyak orang sinis terhadap gelar ini. Bukankah Maria itu manusia biasa. Kenapa dia disebut Bunda Allah? Orang menilai bahwa dengan gelar tersebut Bunda Maria dilihat sebagai Allah. Dan ada yang mengidentikkan Roh Kudus dengan Bunda Maria.
Untuk memahami gelar “Bunda Allah”, pertama-tama kita harus mengerti dengan jelas siapa Yesus, yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria. Injil sudah mengatakan bahwa Maria mengandung dari kuasa Roh Kudus (lih. Luk 1: 26 – 38 dan Mat 1: 18 – 25). Dan yang dikandung adalah Yesus Kristus. Jadi, dari sini pemahaman kita akan beralih dari siapa Yesus kepada peran Maria sebagai Bunda Yesus Kristus.
Sebagai orang katolik, kita sungguh-sungguh yakin bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Melalui Maria, Yesus Kristus, yang adalah pribadi kedua dari Tritunggal Mahakudus, memasuki dunia ini dengan mengenakan daging manusia dan jiwa manusia. Jadi, dalam rahim Maria bersemayam Allah yang sekaligus juga manusia, yang kelak akan diberi nama Yesus. Namun kehamilan itu tidak mengubah kemanusiaan Maria menjadi ilahi. Maria tetaplah manusia biasa, tapi memiliki keistimewaan.
Gelar “Bunda Allah” yang melekat pada Maria sudah menjadi keyakinan umat sejak Gereja Perdana. Santo Yohanes Krisostomus (wafat tahun 404), misalnya, mengubah dalam Doa Syukur Agung Misanya, suatu madah untuk menghormati Bunda Maria. “Sungguh, semata-mata guna memaklumkan bahwa engkau terberkati, ya Bunda Allah, yang paling terberkati, yang sepenuhnya murni dan Bunda Allah kami. Kami mengagungkan engkau yang lebih terhormat daripada kerubim dan lebih mulia secara tak bertara daripada seraphim. Engkau, yang tanpa kehilangan keperawananmu, melahirkan Sabda Tuhan. Engkau yang adalah sungguh Bunda Allah.”
Santo Gregorius Naziansa, yang hidup akhir abad IV, menyatakan bahwa barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi, namun juga manusiawi.
Namun demikian, gelar “Bunda Allah” ini mendapat tantangan yang cukup berat. Tantangan itu, yang muncul pada abad kelima, diprakarsai oleh Uskup Konstantinopel bernama Nestorius (428 – 431). Nestorius menyatakan bahwa Maria bukan Bunda Allah, melainkan sekedar Bunda Kristus, Yesus yang manusia. Di sini Nestorius memisahkan kodrat ilahi dan manusia Yesus. Dalam pemahaman Nestorius, yang ada dalam rahim Maria hanyalah Yesus yang manusia. Akar dari penolakan ini adalah penyangkalan akan misteri inkarnasi.
Pemikiran Nestorius langsung mendapat perlawanan. Santo Sirilus, Uskup Alexandria mengatakan, “Bunda Maria, Bunda Allah…, bait Allah yang kudus, yang di dalamnya Tuhan sendiri dikandung… Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah, bagaimanakah mungkin Bunda Maria yang mengandung-Nya tidak disebut sebagai Bunda Allah?” Di sini mau dikatakan bahwa gelar “Bunda Allah” merupakan konsekuensi logis dari perkandungan Yesus, yang adalah juga Allah.
Pada 22 Juni 431, Konsili Efesus bersidang untuk menyelesaikan persoalan ini. Konsili memaklumkan bahwa Yesus adalah satu pribadi ilahi dengan dua kodrat, yaitu manusia dan Allah. Hal ini seperti dicatat dalam Injil Yohanes, “Sabda itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.” (1: 14). Konsili juga menegaskan bahwa Bunda Maria dapat secara tepat digelari Bunda Allah; Maria bukanlah Bunda Allah Bapa atau Bunda Allah Roh Kudus, melainkan Bunda Allah Putra, yakni Yesus Kristus, yang sungguh Allah sejak kekekalan, yang masuk ke dalam dunia ini dengan menjadi sungguh manusia.
Karena Nestorius tetap pada pendiriannya, maka Konsili menetapkannya sebagai bidaah. Pemikiran Nestorius ini berkembang menjadi aliran sesat yang dikenal dengan sebutan Nestorianisme. Konon pengaruh ajaran Nestorian cukup berkembang di tanah Arab dan Timur Tengah pada abad V – VII, sebagai konsekuensi pengusiran Nestorius oleh Kaisar Theodosius.
Sekalipun Maria sebagai Bunda Allah sudah diyakini umat sejak Gereja Perdana, namun penetapannya sebagai Hari Raya baru dilakukan pada masa Paus Pius XI (1922 – 1939). Ini bertepatan dengan peringatan ulangtahun ke-1500 Konsili Efesus, yang membahas gelar Maria itu. Dengan merayakan Bunda Maria sebagai Bunda Allah, kita diajak untuk mengakui Yesus sebagai “sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh Manusia.” Kemuliaan Maria sebagai Bunda Allah adalah cermin kemuliaan anaknya, yaitu Yesus, Tuhan dan Penebus umat manusia.

Goa Maria – Destinasi Wisata Favorit Kota Tua Belinyu

Goa Maria – Destinasi Wisata Favorit Kota Tua Belinyu

Goa Maria Bunda Pelindung Segala Bangsa atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Goa Maria‘, merupakan salah satu destinasi wisata favorit di kota tua Belinyu, Bangka. Goa Maria dibangun di atas sebuah bukit yang bernama Bukit Mo Thian Liang, yang berarti bukit menggapai langit. Lokasi bukit itu terletak di belakang gereja Katolik Belinyu.Goa ini telah diresmikan sebagai tempat ziarah pada 8 Desember 1999.

Sejarah singkat Goa Maria Belinyu, Bangka
Kerinduan umat paroki Belinyu, yang saat itu dipimpin oleh Pastur WH. Lambregts SS.CC untuk memiliki Goa Maria dimulai pada tahun 1988 dengan mencari beberapa lokasi. Dengan campur tangan Tuhan dan niat yang sungguh-sungguh, setelah pergantian beberapa kali Pastor paroki, sebuah keluarga bermurah hati menyerahkan sebidang tanah di lahan perbukitan Moh Thian Liang yang berarti Bukit Menggapai Langit. Pekerjaan awal dilakukan oleh seksi pembangunan pada tanggal 8 Februari 1997.
Melalui mimpi iman yang dialami Pastor Marcel Arnould MEP sebanyak 3 kali berturut-turut yang menunjukkan tempat untuk meletakkan patung Bunda Maria, maka digalilah tanah untuk mencari batu yang ditunjukkan dalam mimpi, yang sekarang berada di depan patung Bunda Maria. Setelah sempat mengalami penghentian akibat krisis moneter, pada tanggal 8 Desember 1999 Goa Maria secara resmi diberkati oleh Bapa Uskup keuskupan Pangkalpinang, bertepatan dengan Pesta Pelindung Paroki Belinyu “Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda”. Goa Maria tersebut lalu dinamakan “Maria Bunda Pelindung Segala Bangsa”.
Sebelumnya berulang kali Pastor Marchell Arnould MEP, pastor Paroki Belinyu bermimpi, bahwa tempat untuk membangun Goa Maria, terletak di sebuah bukit yang kalau tanahnya digali akan ditemukan tiga batu, dengan bentuk seperti altar (satu batu) dan dua batu lainnya membentuk tangan yang terkatup.
Goa Maria

Wisata Rohani di Goa Maria
Untuk Jalan salib bisa dilaksanakan siang atau malam, mengelilingi belakang Goa Maria, kini sudah disediakan lampu penerangan untuk malam hari. Lokasi ini sangat tenang karena berada di hutan alami yang dibuat sedemikian rupa untuk prosesi Jalan Salib dengan 15 titik pemberhentian.

Bila membutuhkan Romo Pendamping bisa menghubungi Pastoran Paroki Belinyu Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda.
Jadwal Misa di Goa Maria
Jumat 1 jam 18.00,
Jumat setelah minggu lll jam 19.00.

KATEDRAL SANTO YOSEF

KATEDRAL SANTO YOSEF

Gereja Kathedral Santo Yosef terletak di jalan Gereja berada pada posisi 02°07'38² LS - 106°07'01² BT (48 M 0624226 mU-9764829 mT), dibangun pada tanggal 5 Agustus 1934M, pada masa residen Mann, CJ (masa pemerintahan 1934-1942 Masehi). Gereja dibangun pada masa gereja Katolik Pangkalpinang dipimpin oleh seorang Pastor bernama Pater Bakker ss.cc. Pada tanggal 25 April 1935 di Gereja Kathedral Santo Yosefditasbihkan sebagai imam seorang putera Bangka yaitu Pastor Johannes Boen Thiam Kiat. Pastor Boenadalah Pastor Projo pertama di Pangkalpinang dan juga Pastor Projo pertama Indonesia (namanyadiabadikan menjadi nama Balai Pertemuan Paroki Pangkalpinang).
Sejarah gereja Pangkalpinang berawal dari mulai berkaryanya seorang tabib (shinse) Tionghoa beragama Katolik di Sungaiselan bernama Tsen On Ngie (Zeng Aner) yang lahir di Cina pada tahun 1795 dan pada tahun 1830datang ke Sungaiselan dari Penang Malaysia. Sejak tahun 1849 beliau mulai bekerja sebagai seorang tabib (shinse) dan berkeliling di pulau Bangka mengobati orang-orang sakit sambil mengajarkan agama Katolik.Pusat misi gereja di Bangka yang berawal di Sungaiselan, pada tahun 1853 di pindahkan ke Sambong (sekitar 8 km dari Pangkalpinang), dan kemudian pada tahun 1913 dipindahkan ke Pangkalpinang. Sebelum menjadi pusat misi gereja Katolik, Pangkalpinang sejak tahun 1863 merupakan Stasi dari Sungaiselan dan mempunyai sebuah Kapel yang bernama Santo Yoseph.Pada tanggal 30 November 1946 diangkatlah Pastor Van Soest ss.cc sebagai Prefek ApostolikBangka, Belitung dan Riau. Pada tanggal 8 Februari 1951 Prefektur Apostolik Bangka, Belitung dan Riau diubah statusnya menjadi VikariatPada tanggal 3 Januari 1961 didirikan Hirarki Gereja Katolik di Indonesia, Vikariat Apostolik Pangkalpinang diubah statusnya menjadi Keuskupan Pangkalpinang dan Mgr Gabriel Van Der Westen ss.cc diangkat menjadi uskup pertama Pangkalpinang. Peresmian Mrg Van Der Westen ss.cc menjadi uskup Pangkalpinang dilakukan di Kathedral Santo Yosep pada tanggal 17 September 1961Wilayah Keuskupan Pangkalpinang meliputi pulau Bangka, pulau Belitung dan Kepulauan Riau. Bangunan Gereja Kathedral Santo Yoseph merupakan bangunan satu lantai dengan atap berbentuk limas, pada bagian depan terdapat bangunan tinggi berbentuk menara.
Gereja Kathedral Santo Yosef merupakan Cagar Budaya Kota Pangkalpinang (Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.13/PW.007/MKP/2010, tanggal 8 Januari 2010) dan dilindungi Undang-undang    Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Friday, 20 January 2017

Senyum itu Mudah dan Gratis

Beberapa minggu lalu jagat dunia maya dan nyata diramaikan dengan fenomena �om tolelot om�. Ketika saya mengunjungi sebuah stasi ada tulisan �om tolelot om� pada sepotong kertas karton di pinggir jalan. Membaca tulisan tersebut saya langsung tersenyum. Lain peristiwa, ketika saya menjemput satu keluarga di komplek perumahan Gang Sawo, seorang anak kecil berteriak kepada saya �mo tolelot mo�. Dan saya pun tersenyum.
Arti kecil dari fenomena �om tolelot om� adalah bahwa bahagia itu mudah dan sederhana. Tidak mahal dan susah. Inilah yang mau diangkat dalam tulisan inspirasi hidup ini. Tulisan ini sekaligus mau mengajak pembacanya untuk langsung mempraktekkannya. Teori tanpa praktek akan menjadi sia-sia.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tulisan ini, silahkan baca di: Budak Bangka: (Inspirasi Hidup) Senyum itu Mudah dan Gratis

Sunday, 15 January 2017

PASIEN KAMAR 14: Sebuah Cerpen

�Pasien Kamar 14� adalah sebuah cerita pendek yang sangat menarik. Ia berkisah tentang kehidupan pasien rumah sakit yang masuk kategori miskin. Sudah menjadi rahasia umum kalau pasien miskin selalu mendapat perlakuan minim atau miskin pelayanan. Hal ini sebenarnya terungkap juga dalam cerpen Cita-cita Warni. Sebuah keprihatinan sosial, yang terekam dalam dunia sastra.
Kenapa Kamar 14? Apakah kamar ini menunjukkan lokasi kejadian yang menginspirasi cerita? Semua serba mungkin. Yang pasti ada kesan penulis berusaha menghindari angka 13 untuk kamar, karena angka ini selalu mempunyai konotasi buruk. Angka 13 adalah angka sial. Pasien dalam cerpen ini memang menghadapi nasib sial. Jika ia ditempatkan pada kamar 13, seakan membenarkan asumsi umum; kesialannya dikarenakan kamar yang ditempatinya adalah kamar 13. Dengan menempatkannya pada kamar 14, seakan penulis mau mengatakan bahwa angka berapapun bisa berakibat sial. Dengan kata lain, kesialan tidak ditentukan oleh angka 13.
Penasaran dengan cerita cerpen ini? Langsung saja membacanya di:Budak Bangka: (C E R P E N) Pasien Kamar 14

Tuesday, 10 January 2017

Manusia & Hewan

Iwan Fals pernah membuat syair lagu seperti ini:
Manusia sama saja dengan binatang selalu perlu makan // Namun caranya berbeda dalam memperoleh makanan....
Pada awalnya Bang Iwan menyatakan adanya kesamaan antara manusia dan binatang terkait dengan makanan. Hal ini dapat dimaklumi karena makan merupakan kebutuhan dasar setiap makhluk hidup. Akan tetapi, Bang Iwan membuat perbedaan antara manusia dan binatang terkait cara.
Dalam refleksi lebih lanjut Bang Iwan menegaskan bahwa ternyata ada manusia seperti binatang. Tulisan berikut ini juga mencoba menampilkan persoalan yang sama. Di sini pembaca diajak untuk bercermin diri: apakah saya manusia atau binatang. Jika kita benar-benar manusia, maka tunjukkanlah kemanusiaan kita, bukan kebinatangan. Kiranya inilah yang menjadi pesannya.
Lebih lanjut mengenai isi tulisan ini, silahkan baca di: Budak Bangka: (Pencerahan) Manusia & Hewan

Monday, 9 January 2017

PENISTAAN AGAMA: AHOK VS HABIB RIZIEQ

Di penghujung tahun 2016 lalu, media disibukkan dengan berita penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, atau Basuki Tjahaya Purnama. Hal ini terkait dengan pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu pada bulan September 2016, yang oleh ulama Indonesia, atau MUI, dinilai telah menistakan agama islam. Tak tanggung-tanggung, MUI memfatwa Ahok telah melakukan penistaan terhadap agama dan ulama. Buah dari fatwa ini adalah lahirnya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI). Gerakan ini senantiasa memobilisasi massa untuk melakukan aksi demo membela agama. Setidaknya sudah ada dua kali aksi bela islam.
Membela agama ini adalah merupakan satu panggilan bagi umat islam, karena sudah diamanatkan oleh Allah dalam Al Quran. Ini dapat ditemukan dan dibaca dalam surah Muhammad ayat 7, surah al Hajj ayat 40 dan surah al Hadid ayat 25. Karena merupakan kewajiban, maka Buya Hamka pernah berkata, �Jika diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.� Jadi, jika agama islam sudah dihina, umat islam wajib membelanya. Agama islam di sini termasuk juga Al Quran, Hadits dan Nabi Muhammad. Tidak ada batasan pelakunya; siapa saja yang telah melakukan penistaan agama islam harus dilawan.
Dengan dasar pemikiran inilah maka pernyataan Ahok yang dinilai telah melakukan penistaan agama membangkitkan semangat umat islam untuk membela agamanya. Karena itu, tak heran jika aksi bela islam jilid 2 berhasil mengumpulkan massa sekitar 1 juta umat islam. Pernyataan Ahok, dalam pidatonya di Kepulauan Seribu, dianggap telah menistakan Al Quran. Ahok menyinggung surah al Maidah ayat 51.
�Dibohongi pakai surah al maidah ayat 51, macam-macam itu.� Demikian sepenggal pernyataan Ahok yang menyulut kontroversial. Dari pernyataan itu, MUI seakan menafsirkan bahwa Ahok telah menyatakan bahwa surah Al Maidah berbohong atau surah Al maidah ayat 51 itu adalah suatu kebohongan. Di samping itu, MUI menilai Ahok telah melecehkan para ulama, karena menganggap ulama berbohong ketika menyampaikan ajaran surah Al Maidah ayat 51.
Fatwa MUI kepada Ahok ini bukannya tanpa meninggalkan tanda tanya besar. Banyak orang mempertanyakan dasarnya. Ada juga yang menyayangkan fatwa itu, karena terkesan MUI gegabah atau telah dipolitisasi. Denny Siregar pernah menulis pada akun facebook-nya, �Tidakkah kalian sadar bahwa agama kalian hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik mereka yang menamakan dirinya ULAMA?�
Satu keanehan fatwa MUI ini ketika kita membandingkan pernyataan Ahok dengan pernyataan Habib Rizieq, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), dalam salah satu ceramahnya. Ceramah tersebut diupload di Youtube pada 7 November 2016; setelah kasus penistaan agama oleh Ahok meledak. Video ceramah tersebut dapat dilihat di sini. Dapat dikatakan bahwa pernyataan kedua orang ini pada hakekatnya sama, hanya berbeda dalam bentuk kalimat. Yang satu menggunakan kalimat pasif, yang lain kalimat aktif. Berikut ini kita paparkan kalimatnya.
Ahok: �Dibohongi pakai surah al maidah ayat 51, macam-macam itu.�
Habib: �Dia nipu umat pakai ayat Quran. Dia nipu umat pakai hadits nabi.�
Jika membandingkan pernyataan Ahok dan Habib Rizieq sebenarnya tidak ada yang beda. Intinya sama. Kalau kalimat Ahok dibuat menjadi kalimat aktif, dengan memakai pengandaian dari MUI, maka akan menjadi: Ulama membohongi umat pakai surah al maidah ayat 51. Bandingkan dengan kalimat Habib Rizieq: Dia (ulama bejat) nipu umat pakai ayat quran.....
Demikianlah dua pernyataan dari dua orang yang berbeda. Pernyataan Ahok merupakan kalimat pasif, sementara pernyataan Rizieq kalimat aktif. Kata �dia� dalam pernyataan Habib Rizieq merujuk kepada ulama bejat atau busuk. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam islam ada ulama bejat. Keberadaan ulama bejat merupakan suatu fakta, bukan rekayasa. Mereka inilah yang dikatakan oleh Habib Rizieq suka memutar-balikkan ayat al quran dan hadits nabi untuk kepentingan tertentu.
Sedangkan dalam pernyataan Ahok memang tidak disebut subyek pelaku. Jika kalimat Habib Rizieq, secara struktural lengkap (SPOK), kalimat Ahok kurang lengkap. Siapa yang dibohongi dan siapa yang membohongi. Akan tetapi, oleh MUI, subyek kalimat dari pernyataan Ahok adalah umat (merujuk kepada warga Kepulauan Seribu), dan obyek kalimatnya adalah ulama. Karena pernyataan Ahok merupakan kalimat pasif, maka obyek kalimatnya merupakan obyek pelaku, sedangkan subyek kalimatnya merupakan subyek penderita/pasif.
Ulama dijadikan obyek kalimat/pelaku, karena bagi MUI kewenangan mengajar al quran ada di tangan para ulama. Dengan tafsiran seperti ini, MUI menilai bahwa Ahok melakukan penghinaan terhadap ulama. Akan tetapi, jika keberadaan ulama bejat merupakan suatu fakta, kenapa MUI tidak menafsirkan bahwa ulama yang dimaksud oleh Ahok adalah ulama bejat, yang suka memutar-balikkan ayat Al Maidah.
Mungkin ada ulama yang mengatakan bahwa surah Al Maidah ayat 51 harus dilihat sebagaimana tertulis: umat islam tidak boleh memilih orang kafir sebagai pemimpin. Sepertinya, inilah yang dipahami oleh MUI, sehingga memfatwa Ahok telah menistakan al quran. Namun, ada pula ulama yang mengatakan bahwa surah tersebut tidak harus dilihat sebagaimana tertulis, apalagi diterapkan dalam konteks bernegara demokrasi yang plural. Karena itu, ada yang melihatnya bukan dalam konteks pemimpin daerah atau negara melainkan sebagai imam (hal ini juga dipahami ketika ada surah yang melarang memilih pemimpin wanita).
Oleh karena itu, menjadi pertanyaan kita, siapa ulama bejat dan siapa yang tidak? Yang mana ulama busuk dan yang mana ulama harum? Ulama bejat dan busuk adalah ulama yang suka memutar-balikkan ayat al quran, mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.
Satu pertanyaan lain, yang membingungkan umat non islam, adalah jika pernyataan Ahok tak jauh berbeda dengan pernyataan Habib Rizieq, kenapa Habib Rizieq tidak difatwa melakukan penistaan agama. Ahok difatwa melakukan penistaan agama, sedangkan Habib Rizieq tidak, padahal pernyataannya sama. Dari sini muncul kesan bahwa agama islam (al quran, hadits dan nabi) boleh dinista oleh umat islam, tapi dilarang bagi umat non islam. Umat islam tidak ada kewajiban membela agamanya bila agamanya dihina oleh sesama islam.
Mungkinkah agama islam memakai asas: "Sesama metromini dilarang saling mendahului"? Silahkan tafsir sendiri.

Koba, 5 Januari 2017
by: adrian
Baca juga tulisan terkait:
Penistaan Agama: Bagaimana Umat Kristen Menyikapi
Videos