Latest News

Tuesday 31 May 2016

Orang Kudus 1 Juni: St. Ahmed

SANTO AHMED, MARTIR
Tak banyak informasi yang dapat diketahui mengenai orang kudus ini. Yang jelas Ahmed adalah saudara Almansur, kepala negeri Lerida di Spanyol. Bersama dengan kedua adiknya, Zaida dan Zoraida, Ahmed bertobat mengikuti Kristus dan dipermandikan menjadi Kristen. Masing-masing dengan nama baptis: Bernardus, Maria dan Gracia.
Setelah menjadi Kristen ketiga kakak beradik ini terpanggil untuk mengkristenkan Almansur, kakak mereka. Namun tindakan mereka ini justru mengakibatkan kematian mereka sebagai martir. Almansur dan juga beberapa pejabat negeri Lerida marah atas niat tiga bersaudara itu. Justru Ahmed dan kedua adiknya disuruh untuk meninggalkan iman kristianinya, namun mereka menolak. Akhirnya mereka ditangkap dan diserahkan ke tangan algojo untuk dibunuh.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Sunday 29 May 2016

Orang Kudus 30 Mei: St. Marta Wiecka

BEATA MARTA WIECKA, PENGAKU IMAN
Marta Wiecka lahir pada 12 Januari 1874 di Nowy Wieck, Polandia. Ia adalah puteri dari Marcello Wiecki, seorang tuan tanah, dan Paulina Kamrowska. Ketika berusia 2 tahun Marta sakit keras sampai dokter tidak mampu menanganinya. Kedua orangtuanya berdoa dengan perantaraan Bunda Allah dari Piseczno, dan Marta sembuh dari penyakitnya. Marta kecil memiliki devosi kepada St. Yohanes Nepomuk. Ia suka membantu ibunya dalam menjaga dan membesarkan saudara-saudaranya.
Pada 3 Oktober 1866 Marta menerima komuni pertamanya. Sejak saat itu Tuhan Yesus menjadi pusat kehidupannya. Marta juga tidak pernah ragu dan mengeluh ketika harus berjalan 12 kilometer menuju gereja parokinya. Ketika berusia 14 tahun, Marta mencoba untuk bergabung dengan biarawati Putri Kasih St. Vinsensius a Paulo di Chelmo, tetapi ia ditolak karena masih terlalu muda. Dua tahun kemudian ia kembali, namun ia kembali tidak diterima akibat adanya pembatasan penerimaan aspiran oleh pemerintah Prusia.
Karena penolakan itu Marta kemudian menuju biara di Krakow. Di sana ia diterima. Pada 21 April 1863 Marta memasuki masa postulan dengan menerima jubah dan ditugaskan di rumah sakit di Lviv. Tahun 1894 Marta dipindahkan ke rumah sakit di Podhajce. Marta mengikrarkan kaulnya pada 15 Agustus 1897. Dua tahun kemudian ia pindah tugas ke Bochnia. Di sini Marta memperoleh penglihatan akan Tuhan Yesus yang tersalib.
Tak lama kemudian sebuah gosip merebak bahwa Marta memiliki hubungan terlarang dengan pasiennya sampai ia hamil. Di tengah terpaan gosip yang menyebar, Marta terus melayani tanpa lelah. Pimpinannya tidak mengizinkan dia pindah tempat tugas untuk membuktikan bahwa gosip itu salah. Dan setelah tidak terbukti, Marta baru dipindahkan ke Sniatyn, dimana ia menunjukkan pengabdiannya yang mendalam.
Dalam pelayanannya Marta tidak pernah membiarkan pasiennya meninggal tanpa menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Ketika ada pasien yang menderita demam tifoid yang mudah menular, Marta merawatnya sampai ia juga tertular. Dalam keadaan sakit banyak orang mendoakannya termasuk orang Yahudi.
Sebelum meninggal, Marta sempat menerima Sakramen Mahakudus. Marta Wiecka meninggal dunia pada 30 Mei 1904 di Sniatyn, Ukraina. Pada 24 Mei 2008 ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI, yang diwakili oleh Kardinal Tarcisio Bertone, SDB.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 30 Mei: St. Yoahana d'Arc

SANTA YOHANA DE ARC, PENGAKU IMAN
Yohana lahir pada sekitar tahun 1412 di Domreni, Perancis. Ia adalah puteri dari Yakobus Arc, seorang petani biasa, dan Elisabeth. Kedua orangtuanya mendidik dan membesarkan Yohana menjadi seorang wanita petani yang rajin, peramah dan periang. Tetapi sebagaimana wanita desa lainnya, Yohana tidak tahu membaca dan menulis.
Ketika berusia 13 tahun, Yohana merasakan adanya suatu dorongan batin yang kuat untuk melibatkan diri dalam perjuangan menyelamatkan negerinya Perancis dari pendudukan tentara-tentara Inggris. Setahun kemudian, tatkala ia sedang menjaga domba-domba di padang, Yohana mengalami suatu cahaya penglihatan ajaib. Dari dalam cahaya itu terdengar olehnya suatu suara orang yang berkata, �Yohana, anakku. Jadilah anak yang baik-baik! Tuhan akan melindungi dan menaungi engkau dengan kekuatan Roh Kudus. Ingatlah, pada suatu saat engkau akan menolong raja untuk menyelamatkan Perancis dari bahaya peperangan dan dari pendudukan tentara Inggris.�
Dengan gentar Yohana berlutut dan berkata, �Ah, Tuhan, aku hanya seorang wanita petani yang miskin dan tak berdaya. Bagaimana harus berperang.�
Suara itu menjawab, �Jangan takut Yohana! Tuhan akan menolong engkau asal engkau percaya kepada-Nya.�
Waktu terus beredar. Ketika Yohana berusia 16 tahun, suara ajaib itu didengarnya lagi. Kali ini lebih tegas dan mendesak. �Waktunya sudah tiba. Dauphin, putra mahkota itu membutuhkan engkau. Pergilah ke istana dan mohonlah kepada panglima Robert agar mengizinkan engkau pergi menemui Dauphin.�
Situasi Perancis saat itu sedang kacau oleh amukan perang dan pendudukan tentara Inggris. Sementara itu putra mahkota belum dinobatkan menjadi raja. Yohana, dengan iman yang kuat kepada Tuhan, segera melaksanakan perintah ajaib itu. Ia pergi ke istana untuk menemui Robert.
�Aku membawa berita kepada Dauphin dari Tuhanku,� ungkap Yohana kepada Robert.
�Siapa Tuhanmu itu?�
�Raja alam semesta,� jawab Yohana tegas. Mendengar jawaban itu para serdadu menertawai dia. Tetapi Yohana dengan tegas berkata, �Bawalah aku segera kepada Dauphin, karena aku akan membantunya meraih kemenangan atas tentara Inggris.�
Panglima Robert akhirnya mengabulkan permohonannya. Ia memberikan sepucuk surat pengantar buat Yohana agar dapat bertemu dengan Dauphin. Dengan kawalan enam orang serdadu, Yohana berangkat ke Chinon, tempat Dauphin berada. Perjalanan ke Chinon harus melewati suatu daerah yang dikuasai musuh. Namun Yohana tidak gentar karena dia yakin bahwa Tuhan akan melindungi dia.
Ketika bertemu dengan Dauphin Yohana berkata, �Aku, Yohana d�Arc. Raja semesta alam mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan pesan ini: �dalam waktu singkat tuan dinobatkan menjadi Raja Perancis di Rheims�. Aku diutusnya untuk membantumu dalam peperangan melawan tentara Inggris.� Dauphin bersama pengawalnya percaya. Lalu mereka mulai merencanakan siasat peperangan.
Yohana diperlengkapi dengan pakaian perang dan seekor kuda putih. Yohana sendiri memendekkan rambutnya agar terlihat seperti seorang pria. Ia maju berperang dengan menunggangi seekor kuda putih sambil memegang bendera yang bertuliskan semboyan: �Yesus � Maria". Bersama para serdadu Perancis Yohana berhasil memporakporandakan pasukan Inggris di Orleans. Kemenangan itu memberikan peluang emas untuk menyelenggarakan pesta penobatan Dauphin menjadi raja. Di Katedral Rheims, Dauphin akhirnya dinobatkan sebagai Raja Perancis dengan gelar Charles VII.
Setelah penobatan itu, Yohana memimpin lagi sepasukan tentara Perancis untuk merebut Paris dari tangan tentara Inggris. Tetapi mereka dipukul mundur dan menderita kekalahan besar. Yohana sendiri ditangkap dan dibawa ke Inggris. Di sana ia dipenjarakan di istana Rouen selama 9 bulan. Kemudian Yohana dihadapkan ke pengadilan Uskup Beauvis dengan tuduhan melakukan praktek sihir dan tahayul.
Dalam persidangan yang berlangsung sebanyak 15 kali, Yohana dengan teguh membela diri dan dengan cemerlang membantah tuduhan palsu yang dikatakan tentang dirinya. Ia menolak tuntutan untuk mengungkapkan �suara-suara ajaib dari sorga� yang didengarnya dahulu. Kepada para hakim, Yohana dengan tegas berkata, �Aku bukan tukang sihir. Panggilanku sungguh berasal dari Tuhan. Dalam semua tindakanku, aku selalu mengikuti perintah Tuhan dan petunjuk-Nya. Aku bersedia mati demi nama Tuhanku.�
Mendengar kata-kata itu, para hakim semakin marah dan memerintahkan para serdadu untuk menjalankan hukuman bakar hidup-hidup atas diri Yohana di hadapan umum. Yohana menemui ajalnya karena keputusan tidak adil dari pengadilan pada tahun 1431 di Rouen. Ia digelari kudus oleh Gereja bukan karena patriotismenya atau keberaniannya berperang, melainkan karena kesalehan hidupnya dan kesetiaannya dalam memenuhi kehendak Tuhan atas dirinya. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Perancis.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Saturday 28 May 2016

Orang Kudus 29 Mei: St. Maria Anna Paredes

SANTA MARIA ANNA PAREDES, PENGAKU IMAN
Maria Anna lahir pada 31 Oktober 1618 di Quito, Ekuador. Ia adalah puteri dari Girolamo Flores Zenel de Paredes, seorang bangsawan dari Toledo, dan Mariana Cranobles de Xaramilo. Dikisahkan bahwa kelahiran Maria ditandai dengan fenomena yang tidak biasa. Selama hidupnya, Maria Anna juga beberapa kali mengalami mukjizat yang menghindarkannya dari kematian.
Maria kehilangan kedua orangtuanya ketika masih kecil. Ia kemudian diasuh oleh saudaranya. Maria menunjukkan kekudusannya dalam hidup doa dan devosi kepada Bunda Maria. Selain itu Maria bergabung dengan Ordo Ketiga Fransiskan, mengikrarkan kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Saat itu Maria masih berusia 10 tahun.
Menyadari bahwa Tuhan memanggilnya untuk hal lain, akhirnya Maria memutuskan untuk menjadi petapa di rumah saudaranya. Hidup matiraganya sangat keras dijalaninya, seperti ia hanya mengonsumsi ekaristi saja setiap harinya. Kekudusannya ini membuat Maria diberikan beberapa karunia, seperti meramal, menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan seseorang dari kematian.
Ketika terjadi wabah penyakit, Maria membantu mereka yang sakit. Ia juga berdoa mempersembahkan dirinya demi kesembuhan para penderita wabah penyakit tersebut. Maria Anna Peredes meninggal dunia pada 26 Mei 1645 di Quito, Ekuador. Pada 10 November 1853 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius IX, dan pada 9 Juli 1950 ia dikanonisasi oleh Paus Pius XII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 29 Mei: St. Yoseph Gerard

BEATO YOSEPH GERARD, PENGAKU IMAN
Yoseph Gerard lahir pada 12 Maret 1831 di Bouzieres-aux-Chene, Perancis. Ia adalah putera dari John Gerard, seorang petani, dan Ursule Stofflet. Sejak dini Yoseph sudah memiliki keinginan untuk menjadi imam. Ketika mempersiapkan diri untuk masuk seminari, Yoseph tertarik pada sebuah tarekat yang belum lama didirikan. Pada usia 20 tahun Yoseph bergabung dengan Oblat Maria Imakulata.
Pada tahun 1853 Yoseph ditahbiskan menjadi diakon oleh St. Eugenius Mazenod. Ia kemudian dikirim menjadi misionaris di Afrika Selatan. Setahun kemudian Yoseph ditahbiskan menjadi imam, dan mulai berkarya di tengah orang-orang Zulu. Tahun 1862 Yoseph dikirim untuk berkarya di Lesotho. Ia tiba bersama Uskup Allard dan Bruder Bernard. Mereka diterima oleh Raja Moshoeshoe I.
Atas seizing raja, Yoseph membangun Motse-oa-Ma-Jesu atau desa Bunda Yesus, yang kemudian dikenal dengan nama Roma. Yoseph juga membantu Raja Moshoeshoe I ketika terjadi perang. Setelah 14 tahun berkarya di Roma, Yoseph pindah ke Lesotho bagian utara. Di sini ia mendirikan misi St. Monika. Dalam semua karyanya, Yoseph sangat memperhatikan mereka yang sakit dan menderita.
Yoseph Gerard meninggal dunia pada 29 Mei 1914 di Roma, Lesotho. Pada 15 September 1988 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Friday 27 May 2016

Orang Kudus 28 Mei: St. Germanus de Paris

SANTO GERMANUS DE PARIS, PENGAKU IMAN
Germanus dikenal luas karena cinta kasihnya yang besar kepada orang-orang miskin dan gelandangan serta kesederhanaan hidupnya. Ia lahir di Autun, Perancis pada sekitar tahun 496.
Setelah menjadi imam, ia diangkat menjadi Abbas Biara St. Symphorianus, yang terletak tak jauh dari Autun. Di sini ia menjalani suatu kehidupan asketik yang keras dan giat membantu orang-orang miskin. Kadang-kadang ia mengundang pengemis-pengemis untuk makan bersamanya di biara.
Ketika Raja Perancis, Childebert I (511 � 558) menunjuk dia sebagai Uskup Paris, ia tidak mengubah kebiasaan hidupnya yang keras dan perhatiannya kepada orang-orang miskin dan gelandangan. Menyaksikan teladan hidup Germanus, Raja Childebert sendiri akhirnya menjadi dermawan, senang membantu orang miskin, membangun biara-biara dan gereja-gereja. Salah satu gereja yang terkenal adalah Gereja St. Germanus yang didirikannya sesudah kematian Germanus.
Salah satu usaha utama Germanus adalah mendesak penghayatan cara hidup kristiani yang lebih baik di kalangan kaum bangsawan Perancis. Ia tidak henti-hentinya mengutuk orang-orang bejat cara hidupnya dan tidak tanggung-tanggung mengekskomunikasikan Charibert, Raja Frank yang hidupnya penuh dosa. Germanus meninggal dunia pada 28 Mei 576.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Wednesday 25 May 2016

(Pencerahan) Ini Alasan Kenapa Kita Harus Menjaga Hati Kita

HATI DAN KESERAKAHAN MANUSIA
Semua orang tentu paham dengan satu kata ini: HATI. Kata ini memiliki multi makna. Secara fisik-biologis, hati merujuk pada salah satu organ dalam tubuh manusia; terletak  di bawah jantung dan paru-paru. Namun hati juga disering diidentikkan dengan ungkapan emosi. Misalnya, sakit hati, yang bermakna perasaannya tersinggung. Atau hati sebagai ungkapan cinta/kasih sayang. Karena itu, ungkapan kasih sayang selalu dilambangkan dengan gambar hati (LOVE).
Selain itu, hati juga memiliki makna spiritual. Hati sering dilihat sebagai totalitas kemanusiaan seseorang. Jika dikatakan mencintai dengan hati (bdk. Perintah kasih Yesus Kristus dalam Markus 12: 30), ini berarti mencintai dengan totalitas diri. Atau seseorang yang bekerja sepenuh hati, seluruh dirinya: jiwa dan raganya, ada dalam pekerjaan itu.
Hati, baik yang bersifat biologis, psikis maupun spiritualitas, pada awalnya bersifat positif. Hal ini mungkin sesuai dengan rencana awal penciptaan Allah (lih. Kej 1: 31).
Secara medis-biologis, hati berfungsi sebagai sensor kenyang. Hati merupakan organ pertama yang menerima nutrisi yang berasal dari sistem pencernaan. Jika kadar nutrisi sudah mencukupi, hati akan mengirim informasi ke otak, dan otak memerintahkan orang untuk berhenti makan. Dengan kata lain, hati yang baik berguna untuk mengatasi sifat rakus manusia.
Namun jika fungsi hati ini rusak, maka orang kesulitan untuk mengontrol pola makannya. Ia akan terus makan dan makan. Dan ini berdampak pada kerusakan hati secara fisik. Jika hal ini terjadi, maka orang akan mudah terserang berbagai penyakit; dan bukan tidak mungkin nyawa menjadi taruhannya.
Demikian pula dalam dunia sosial-spiritualitas. Hati dapat menjadi sensor puas. Orang yang merasa diri puas, tidak akan berusaha mencari-cari sesuatu demi memuaskan hasrat diri. Rasa puas membuat orang merasa cukup. Dia tidak akan menjadi serakah. Serakah merupakan aktivitas menumpukkan segala-galanya untuk diri sendiri. Orang yang baik hati pastilah tidak serakah; ia sudah selesai dengan dirinya sendiri. Pergerakan hidupnya justru terarah kepada orang lain, karena untuk dirinya sudah cukup. Perhatikan hidup Yesus Kristus. Selalu diberitakan bahwa pelayanan-Nya berawal dari hati-Nya yang tergerak oleh belas kasihan (Mat 9: 36; 14: 14; 20: 34).
Akan tetapi, jika hati ini rusak, maka muncullah keserakahan. Orang selalu mencari dan mencari apa saja demi kepentingan dirinya. Keserakahan itu tampak dalam penumpukan kekayaan, jabatan dan kekuasaan, yang berpusat pada diri sendiri atau kelompoknya. Orang tidak puas dengan kekayaan yang ada sehingga terus mencari dan tak mau berbagi. Demikian pula dengan jabatan. Sekalipun banyak pekerjaan terbengkelai akibat menumpuknya pekerjaan, namun karena matinya sensor keserakahan tadi, membuat orang tak mau berbagi peran dan jabatan. Ini semua karena hati yang rusak, sehingga fungsi sensornya tak berjalan.
Salah satu bentuk keserakahan yang popular dewasa kini adalah korupsi. Yang seharusnya cukup dengan gaji yang sudah ada, namun karena hatinya sudah busuk, maka yang bukan jatahnya pun diambil. Norma moral dan aturan pun dilanggar demi terpenuhinya hasrat.
Ternyata, hati yang rusak bukan hanya menimbulkan keserakahan dalam hidup, melainkan segala jenis kejahatan lainnya. Tuhan Yesus pernah berkata, �Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.� (Mat 15: 19). Di sini terlihat kalau hati berfungsi juga sebagai sensor kejahatan, atau dalam bahasa agama dikenal sebagai sensor dosa. Hati yang baik membuat orang tidak mudah jatuh ke dalam dosa.
Oleh karena itu, adalah tugas manusia untuk menjaga kesehatan hatinya supaya berfungsi sebagai mana semestinya. Seperti yang dikatakan di atas, pada awalnya hati berfungsi positif: sebagai sensor kenyang, sensor keserakahan dan sensor kejahatan. Manusia harus menjaga hatinya tetap sehat. Jangan merusak atau membusukan hati, karena pengrusakan hati berdampak, bukan saja pada orang lain, melainkan pada diri sendiri.
Pangkalpinang, 9 April 2016
by: adrian
Baca juga pencerahan lain:

Tuesday 24 May 2016

Orang Kudus 25 Mei: St. Maria Magdalena de Pazzi

SANTA MARIA MAGDALENA DE PAZZI, PENGAKU IMAN
Orang kudus ini terlahir dengan nama Katarina de Pazzi. Katarina lahir pada 2 April 1566 di Florence, Italia. Ia adalah puteri dari Camillus di Geri de Pazzi dan Magdalena Maria Boundelmonti. Ia dibaptis sehari setelah kelahirannya, yaitu pada 3 April.
Katarina memperoleh pendidikan di biara St. Giovannino dei Cavalieri. Di sini ia menerima komuni pertamanya pada 25 Maret 1576. Pada 19 April di tahun yang sama, Katarina mengikrarkan kaul kemurnian atas keinginannya sendiri. Katerina sempat kembali ke rumahnya, dan orangtuanya sangat ingin supaya ia menikah. Namun Katarina memilih untuk menjadi biarawati Karmelit, dengan alasan sederhana, yaitu karena di sana ia dapat menerima komuni setiap hari.
Pada 1 Desember 1582 Katarina diterima menjadi biarawati Karmelit di Biara St. Maria Ratu para Malaikat. Ia menerima jubah dan nama baru, yakni Maria Magdalena. Ketika menjalani masa novisiat, Maria sering mengalami ekstasi dan penglihatan. Maria mencatat apa yang ia alami dan lihat dalam beberapa buku. Maria juga mengalami penglihatan akan api pencucian. Ia juga menerima pesan yang kemudian ia sampaikan kepada para pejabat Gereja untuk melakukan reformasi.
Dalam hidupnya, Maria mengalami cobaan penderitaan besar seperti ditinggalkan oleh Tuhan. Akan tetapi Maria mampu menghadapinya. Maria Magdalena de Pazzi meninggal dunia pada 25 Mei 1607 di Florence, Italia. Pada 8 Mei 1626 ia dibeatifikasi oleh Paus Urbanus VIII, dan pada 28 April 1669 ia dikanonisasi oleh Paus Klemen IX.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 25 Mei: St. Beda

SANTO BEDA, PENGAKU IMAN & PUJANGGA GEREJA
Beda lahir pada sekitar tahun 672 � 673 di Wearmouth, Inggris. Sejak berusia 7 tahun Beda sudah dikirim untuk belajar di Biara St. Petrus dan Paulus di Wearmouth-Jarrow. Di sana ia belajar dari abbas St. Benediktus Biscop dan penerusnya, Ceolfrid.
Pada usia 19 tahun Beda menjadi seorang diakon. Ia menerima tahbisan imam pada usia 30 tahun. Yang menahbiskannya adalah Yohanes dari Beverley. Beberapa karya besar yang dibuatnya di antaranya adalah komentar-komentar terhadap Kitab Suci, dan Historia Ecclesiastica, Historia Ecclesiastica, yang menggambarkan sejarah Inggris dan Gereja di Inggris pada masa itu. tulisannya banyak dibaca di gereja-gereja di Inggris.
Selain menulis, Beda juga mengajar. Kebijaksanaannya membuatnya disebut sebagai Venerabilis, karena pada saat itu ia masih hidup. Beda diyakini sering melakukan kunjungan kepada teman-temannya, dan diketahui juga Beda pernah berkunjung ke Lindisfarme dan York.
Beda Venerabillis meninggal dunia pada 25 Mei 735 di Jarrow, Northrumbia, Inggris. Pada 13 November 1899 ia dikanonisasi dan dinyatakan sebagai Pujangga Gereja oleh Paus Leo XIII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Sunday 22 May 2016

Orang Kudus 23 Mei: St. Yohana Antida Thouret

SANTA YOHANA ANTIDA THOURET, PENGAKU IMAN
Yohana Antida Thouret lahir pada 27 November 1765 di Sancy, Besancon, Perancis. Ia adalah puteri sebuah keluarga miskin. Ketika Yohana berusia 14 tahun, ibunya meninggal dunia. Yohana terpaksa menggantikan peran ibunya untuk menjaga dan merawat adik-adiknya.
Pada tahun 1787 Yohana bergabung dengan Kongregasi Puteri Kasih St. Vinsensius a Paulo di Paris. Selama 5 tahun Yohana bertugas merawat orang sakit di berbagai rumah sakit. Ketika pecah Revolusi Perancis, Yohana dipaksa untuk kembali ke rumahnya, tetapi Yohana menolak sehingga ia dipukul. Dibutuhkan waktu beberapa bulan sampai ia kembali pulih dari luka-lukanya, dan ia kembali ke Sancy.
Di kota asalnya Yohana mengajar anak-anak dan juga merawat orang-orang sakit serta yang miskin akibat Revolusi Perancis. Yohana memutuskan untuk meninggalkan Perancis menuju Swiss pada tahun 1790, karena keadaan Perancis yang berbahaya. Di sana ia berkumpul bersama kaum religius yang melarikan diri dan diasingkan dari Perancis.
Gelombang anti-katolik yang melebar memaksa Yohana untuk pergi ke Jerman. Namun Yohana kemudian memutuskan untuk kembali. Ia berjalan kaki sampai tiba di Landaron, Swiss, dimana ia bertemu dengan Vikaris Jenderal tarekatnya di Besancon. Yohana diminta untuk kembali ke Perancis bersama dengan seorang gadis dan melatih gadis itu.
Tahun 1799 Yohana tiba kembali di Perancis. Ia mendirikan sekolah, klinik dan dapur bagi orang-orang miskin. Yohana kemudian mendirikan Kongregasi Biarawati Cinta Kasih. Pada tahun 1810 Yohana dipanggil ke Naples, dan memulai karyanya di sana. Pada tahun 1819 kongregasinya diakui oleh Paus.
Yohana Antida Thouret meninggal dunia pada 24 Agustus 1828 di Naples, Italia. Pada 23 Mei 1926 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 14 Januari 1934 ia dikanonisasi oleh Paus yang sama.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 23 Mei: St. Eufrosiana

SANTA EUFROSIANA, PETAPA
Tidak diketahui dengan pasti kapan dan dimana orang kudus ini dilahirkan. Informasi mengenainya sangat terbatas. Yang jelas Eufrosiana adalah seorang petapa, yang meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan mengolah hidup rohani. Ia bertapa di Polotsk, Polandia. Selain aktif menjalani hidup tapa, Eufrosiana ternyata mempunyai kepedulian kepada sesamanya yang miskin. Perhatiannya kepada kaum papa sangat besar. Karena itu, hidup tapanya selalu diselingi dengan memberi pelayanan kepada kaum fakir miskin.
Untuk mendapatkan dana bagi orang-orang miskin, Eufrosiana berusaha menyalin buku-buku dan menjualnya. Hasil penjualan buku-buku tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan sesamanya yang miskin. Inilah salah wujud Eufrosiana untuk membantu para miskin malang itu. Eufrosiana meninggal dunia ke sedang berziarah ke Tanah Suci Yerusalem.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Saturday 21 May 2016

Orang Kudus 22 Mei: St. Yoakima de Vedruna

SANTA YOAKIMA DE VEDRUNA, PENGAKU IMAN
Yoakima de Vedruna lahir pada16 April 1783 di Barcelona, Spanyol. Ia adalah seorang ibu rumah tangga dengan beberapa orang anak. Setelah sang suami meninggal dunia, dan anak-anaknya menjadi dewasa, Yoakima menggunakan seluruh waktunya untuk melakukan kegiatan-kegiatan amal kasih. Doa dan pertobatan menjadi dasar batiniah yang kokoh baginya dalam melaksanakan semua kegiatan tersebut.
Pada tahun 1826 Yoakima mendirikan Kongregasi Karmelit Kasih, yang mengabdikan diri pada pemeliharaan gadis-gadis miskin dan orang-orang sakit yang terlantar. Pada awalnya kongregasi ini mendapat berbagai rintangan seperti penolakan dan kekurangan dana. Namun akhirnya, pada tahun 1856 kongregasi ini mendapat pengakuan resmi  dari Vatikan.
Yoakima de Veruna meninggal dunia pada 28 Agustus 1854 di Vic, Spanyol. Pada 19 Mei 1940 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XII, dan pada 12 April 1959 ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes XXIII.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 22 Mei: St. Yohanes Baptista Makado, dkk

BEATO YOHANES BAPTISTA MAKADO, LEO TANAKA, DKK, MARTIR
Yohanes Baptista Makado lahir di kepulauan Azores, dari sebuah keluarga bangsawan. Pemuda ksatria ini bercita-cita menjadi rasul Kristus, jika mungkin di Jepang. Ia memang tahu akan rawan serta bahayanya tanah misi Jepang, namun rupanya ia ingin menjadi saksi iman di sana.
Pada abad XVI karya misi di Jepang ditangani antara lain oleh imam-imam Yesuit. Oleh karena itu Yohanes masuk Ordo Serikat Yesus. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia diutus pergi ke negeri Sakura ini. Yohanes ternyata seorang imam sekaligus rasul yang rajin. Mula-mula ia bekerja di Fuxima dan Nagasaki. Sewaktu berada di Pulau Goto, Yohanes ditangkap dan dibawa ke Omura bersama beberapa kawannya. Di sanalah mereka dipenggal kepalanya pada 22 Mei 1617, karena imannya kepada Kristus dan semua perjuangannya untuk menyebarkan Injil Kristus.
Di antara imam-imam itu ada juga Leo Tanaka, seorang imam agama yang sangat giat membantu imam-imam dalam mengajar agama kepada umat. Oleh seorang pengawal yang mengenal baik dia, Tanaka diberi kesempatan untuk melarikan diri. Tetapi setelah merenungkan hal itu secara mendalam, ia memutuskan untuk tidak lari agar tidak menimbulkan skandal kepada umat sebagai pengkhianat iman
Sewaktu teman-temannya dibunuh, Tanaka di bawa ke sana untuk menyaksikan penderitaan yang ditimpakan kepada mereka. Ia merasa sedih karena hukuman mati yang sama belum juga dijatuhkan kepada dirinya ketika itu juga. Ia terus menanti mahkota martir itu dengan tekun berdoa. Akhirnya sepuluh hari kemudian ia juga memperoleh mahkota saksi iman yang dirindukannya. Mereka semua dipenggal kepadanya di dekat pulau Omura.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 22 Mei: St. Renate

SANTA RENATE, PENGAKU IMAN
Renate lahir pada sekitar tahun 1783. Ia adalah seorang ratu dari kerajaan Bavaria dan ibu dari 10 orang anak. Sebagai seorang ibu, Renate mendidik sendiri anak-anaknya supaya hidup sederhana dan jujur sesuai nilai-nilai kristiani. Renate memiliki jiwa sosial. Ia mempunyai perhatian yang besar kepada para pengemis dan orang-orang miskin. Kepada mereka Renate sering membagi-bagikan makanan, dan dengan tangannya sendiri ia menjahit pakaian untuk orang-orang malang itu, dan untuk keperluan ibadat gereja.
Sebagau wujud perhatiannya kepada orang miskin dan terlantar, Renate mendirikan sebuah rumah sakit. Di sini ia dapat lebih melayani para pengemis, gelandangan dan orang miskin. Bersama suaminya Renate hidup seperti di dalam biara. Cara hidup mereka ini terus dijalani dengan setia meskipun banyak orang yang mencemooh mereka. Renate meninggal dunia pada tahun 1602.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Friday 20 May 2016

Orang Kudus 21 Mei: St. Herman Yosef

SANTO HERMAN YOSEF, PENGAKU IMAN
Herman Yosef lahir pada sekitar tahun 1150 di Cologna. Tabiatnya yang baik dan hidupnya yang saleh diwarisi dari orangtuanya. Semenjak kecilnya ia menaruh cinta yang luar biasa kepada Bunda Maria dan Yesus. Di kalangan kawan-kawannya Herman dikenal sebagai anak periang, rajin dan ramah. Selain rajin bergaul dengan kawan-kawannya, ia sealu menyempatkan dirinya untuk bercakap-cakap dengan Bunda Maria dan Tuhan Yesus di dalam Gereja.
Suatu kali, ketika Herman berangkat ke sekolah, ia menyempatkan diri berdoa kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus di dalam gereja. Kepada Bunda Maria dan Yesus ia mempersembahkan sebutir apel yang diberikan ayahnya sebagai bekal sekolah. Ia mengulurkan apel itu kepada Yesus, namun ia tidak cukup tinggi untuk dapat mencapai tangan Yesus. Ia mau memanjat patung itu tapi merasa tidak sopan. Dengan sungguh ajaib bahwa tiba-tiba Bunda Maria tersenyum lalu membungkuk menerima pemberiannya. Herman tertawa ceria. Sesudah berpamitan ia keluar dari gereja karena takut terlambat.
Herman mengangap Bunda Maria dan Yesus sebagai teman akrabnya. Setiap kali ia singgah di gereja untuk membisikkan isi hati dan menceritakan pengalamannya. Pernah ia datang tanpa bersepatu, padahal pagi itu udara sangat dingin. Bunda Maria menunjuk ke sebuah ubin yang terlepas. Herman membalik ubin itu dan mendapati sejumlah uang buat membeli sepatu. Setelah itu, setiap kali Herman memerlukan sesuatu, di tempat itulah selalu tersedia apa yang diperlukannya.
Ketika berusia 12 tahun, tiba-tiba Bunda Maria minta agar ia masuk biara. Herman merasa heran. �Bukankah saya masih terlalu kecil?� ujarnya. Ternyata ia diterima juga sebagai postulan, dan kemudian novis dalam Ordo Santo Norbetus di Steinfeld. Atas permintaan Bunda Maria ia menambah namanya menjadi �Herman Yosef�. Sebagai seorang biarawan, Herman rajin membina dirinya dengan berbagai latihan rohani setiap pagi, selain sibuk dengan pekerjaan rumah tangga biara. Cintanya kepada Bunda Maria dan Yesus, dan hormatnya akan Sakramen Mahakudus makin meluap. Setiap pagi ia merayakan ekaristi dan selalu melelehkan linangan air matanya.
Jikalau ia mengalami kekacauan batin, Bunda Maria datang menghiburnya. Kepadanya Bunda Maria selalu berkata, �Tidak ada yang lebih berkenan kepada Allah daripada melayani saudara-saudara karena cinta kepada Allah.� Herman kemudian menjadi sakrista (koster). Pekerjaan ini sangat disukainya, karena dengan itu ia dapat leluasa mengunjungi Sakramen Mahakudus. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia sering mengalami ekstase pada waktu mempersembahkan kurban misa. Karena kesucian hidup dan kesederhanaannya, Herman sangat disukai oleh banyak orang, teristimewa rekan-rekannya sebiara.
Herman dikenal sebagai seorang penyair yang pandai. Syairnya yang pertama dikarang untuk meluhurkan Sakramen Mahakudus. Ia juga mengarang banyak lagu, terutama untuk menghormati Bunda Maria. Selain karya-karya yang membutuhkan kehalusan budi itu, Herman juga dikenal sebagai seorang teknisi. Ia dapat memperbaiki arloji. Karena itu ia sering diminta untuk memperbaiki jam biara ataupun arloji besar yang terletak di menara gereja. Bahkan ia tidak saja dapat memperbaiki arloji. Ia bisa juga membuatnya. Menurut beberapa ahli sejarah, besar kemungkinan bahwa Herman-lah orang pertama yang membuat arloji. Ia meninggal dunia pada tahun 1241 dalam usia 90 tahun, ketika sedang merayakan upacara sengsara dan wafat Tuhan di sebuah biara suster.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 21 Mei: St. Kristoforus Magallanes

SANTO KRISTOFORUS MAGALLANES, MARTIR
Kristoforus Magallanes Jara lahir pada 30 Juli 1869 di Totatiche, Jalisco, Meksiko. Ia adalah putera dari Rafael Magallanes, seorang peternak, dan Clara Jara. Kristoforus bekerja sebagai gembala dan ketika berusia 19 tahun ia masuk seminari. Setelah ditahbiskan, ia bertugas sebagai iman di sebuah sekolah di Guadalajara. Tak lama kemudian ia menjadi pastor paroki di Totatiche.
Di Totatiche Kristoforus membantu mendirikan sekolah, toko pertanian dan berbagai fasilitas lainnya. Ketika pemerintahan anti-katolik mulai menutup seminari-seminari, Kristoforus membuka sebuah seminari bagi para seminarian, yang juga mendapat dukungan dari Uskup Agung Guadalajara. Kristoforus dalam homilinya menyerukan agar umat menghindari penggunaan senjata. Akan tetapi ia kemudian dituduh mempromosikan kelompok perlawanan Cristero.
Pada 21 Mei 1927 Kristoforus ditangkap ketika ia akan mempersembahkan misa di sebuah desa. Ia dibunuh di dalam penjara bersama dengan St. Agustin Caloca. Kristoforus Magallanes meninggal dunia pada 25 Mei 1927 di Colotian, Jalisco, Meksiko. Pada 22 November 1992 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, dan pada 21 Mei 2000 ia dikanonisasi bersama dengan 24 martir Meksiko lainnya oleh Paus yang sama.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 21 Mei: St. Godrikus

SANTO GODRIKUS, PENGAKU IMAN
Sangat sedikit informasi mengenai orang kudus ini. Yang pasti Godrikus lahir pada sekitar tahun 1065. Namanya memiliki makna �penuh dengan Tuhan�. Pada awalnya Godrikus adalah seorang tukang catut dan pembuat pedang. Namun akhirnya ia dikenal sebagai seorang peziarah yang mengunjungi berbagai tempat. Ia menjelajahi Skotlandia, Spanyol, Roma dan kota suci Yerusalem. Dengan kaki telanjang ia mengelilingi Eropa bersama ibunya yang sudah lanjut usia.
Godrikus kemudian bertapa di Walpole untuk menebus dosa-dosanya. Ia dikaruniai Tuhan kemampuan meramal masa depan, menjinakkan binatang buas dan ular berbisa. Godrikus meninggal dunia pada tahun 1170.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Wednesday 18 May 2016

Orang Kudus 19 Mei: St. Agustinus Tarano

BEATO AGUSTINUS TARANO, PENGAKU IMAN
Terlahir dengan nama Matteo Novello, orang kudus ini lahir sekitar tahun 1240 di Tarano, Rieti, Italia. Matteo menyelesaikan pendidikan hukum di Universitas Bologna. Ia kemudian bekerja melayani Raja Manfred dari Sicily. Setelah kematian Raja Manfred, Matteo bergabung dengan Ordo St. Agustinus di Rosia, Siena. Matteo mengganti namanya menjadi Agustinus, dan menyembunyikan latar belakang pendidikannya.
Ketika terjadi masalah hukum antara tarekatnya dengan uskup setempat, latar belakang pendidikan hukumnya diketahui. Agustinus dipanggil Prior Jenderal, Clemens Osimo, ke Roma. Ia ditahbiskan menjadi imam dan bertugas membantu Clemens dalam merevisi konstitusi Ordo St. Agustinus. Selain itu Clemens juga menominasikan Agustinus untuk posisi di Kuria Roma.
Pada tahun 1298 Agustinus terpilih menjadi Prior Jenderal Ordo Agustinian. Dikisahkan bahwa ia berusaha menolak, tetapi Bapa Paus memintanya untuk menerima jabatan itu. Sekalipun akhirnya ia menerima jabatan itu, namun dua tahun kemudian ia mengundurkan diri dari posisinya, dan mengasingkan diri ke Pertapaan San Leonardo al Lago, Siena.
Agustinus melayani umat di sekitar Siena, dan berperan dalam pendirian rumah sakit di Siena. Agustinus Tarano meninggal dunia pada 19 Mei 1309 di Siena, Italia. Pada tahun 1761 ia dibeatifikasi oleh Paus Klemen XIII.
Baca juga orang kudus hari ini: