Latest News

Thursday, 30 June 2016

Orang Kudus 1 Juli: St. Pambo

SANTO PAMBO, PETAPA
Semenjak masa mudanya, Pambo mengasingkan diri ke sebuah tempat pertapaan di gurun pasir Mesir. Hidupnya keras, sederhana dan serba kekurangan. Karena dia tidak pandai membaca, ia berguru pada seorang petapa lain dalam hal membaca dan menghafal ayat-ayat Mazmur. Selain tidak pandai membaca, Pambo juga dikenal sebagai seorang petapa yang tidak suka banyak bicara. Namun ia dikenal sebagai pembimbing rohani yang disenangi.
Apabila orang meminta nasehat dan bimbingan mengenai suatu soal kerohanian, Pambo selalu meminta waktu terlebih dahulu untuk merenung dan berdoa. Maksudnya agar dia dapat memberikan jawaban yang benar dan memuaskan sesuai dengan kehendak Allah. Santo Athanasius, Uskup Aleksandria, yang kagum akan kesalehan hidup Pambo, mengundang dia ke Aleksandria untuk memberi kesaksian tentang keallahan Yesus Kristus, berhadapan dengan ajaran sesat Arianisme yang merajalela di kalangan umat.
Kepada rekan-rekannya, Pambo mengatakan, �Berpuasa dan memberi derma dari hasil keringat sendiri amatlah mulia, namun itu belumlah cukup untuk menjadi seorang rahib yang berkenan kepada Allah.� Pambo meninggal dunia pada tahun 390.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 1 Juli: St. Simeon Salos

SANTO SIMEON SALOS, PENGAKU IMAN
Informasi mengenai orang kudus ini sangat terbatas. Tidak banyak yang diketahui tentang hidupnya. Nama �Salos� yang melekat padanya merupakan julukan yang diberikan kepadanya. Simeon dijuluki �Si Gila� (ho Salos; Yun). Gelar ini diberikan kepadanya karena setelah bertapa selama 29 tahun di gurun dekat Laut Mati dan pulang ke Homs (Siria), Simeon bertingkah seperti orang gila.
Sebenarnya Simeon tidaklah gila dalam arti yang sebenarnya. Perilaku gila itu dimaksudkan supaya dia dianggap hina oleh masyarakat dan dikucilkan. Dengan hinaan dan kucilan tersebut Simeon dapat berkawan dan bergaul dengan orang-orang yang paling disingkirkan masyarakat seperti gelandangan, orang lumpuh, pelacur, dll. Sikap seperti ini masih dihargai dan ditiru oleh sementara biarawan di Rusia.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Wednesday, 29 June 2016

Orang Kudus 30 Juni: St. Giacinta Marescotti

SANTA GIACINTA MARESCOTTI, PENGAKU IMAN
Giacinta lahir di Vignarello, Italia, pada tahun 1585 dari sebuah keluarga bangsawan. Ia dididik di biara suster-suster Fransiskan. Seorang kakaknya sudah menjadi suster di biara itu. Semasa kecilnya Giacinta dikenal sebagai anak yang baik namun ia kemudian bertingkah laku jelek ketika adik bungsunya lebih cepat menikah. Dia tersinggung karena merasa dilangkahi oleh adiknya. Sifat baiknya merosot, sebaliknya ia menjadi seorang pendendam di dalam keluarganya.
Sebagai ungkapan kekesalannya, Giacinta memutuskan masuk biara hanya sekedar iseng-iseng. Ia memilih masuk Ordo Ketiga St. Fransiskus di Viterbo dengan mengambil nama Giacinta. Sekalipun sudah menjadi seorang suster, namun ia tidak melepaskan cara hidup foyanya dengan harta keluarganya; selama 10 tahun ia benar-benar menjadi bat sandungan bagi rekan-rekannya yang lain.
Pada suatu hari ia jatuh sakit keras. Seorang imam Fransiskan dating mendengarkan pengakuannya, dan memberikan peringatan keras tentang cara hidupnya yang tidak sesuai dengan semangat ordonya. Ia bertobat, namun jatuh lagi ke dalam cara hidup seperti sedia kala. Tuhan mencobanya lagi dengan sakit lebih berat. Semenjak itu ia mulai tekun berdoa, bermati raga dan mengubah tingkah laku hidupnya.
Lama kelamaan ia berubah menjadi seorang suster yang saleh dan menjadi pembimbing rohani rekan-rekannya. Nasehat-nasehatnya sangat praktis berdasarkan pengalaman rohaninya sendiri. Ia menekankan pentingnya menghayati kerendahan hati, menghilangkan sifat-sifat cinta diri, kesabaran memikul salib penderitaan sehari-hari. Cinta dan perhatiannya sangat besar, bukan saja terhadap rekan-rean susternya, tetapi juga terhadap komunitas biara suster lainnya. Ia turut serta mendirikan dua biara di Viterbo yang mengabdikan diri pada bidang pelayanan orang-orang sakit, orang jompo, dan miskin di Viterbo. Ia sendiri mencari dana dengan meminta-minta.
Giacinta Marescotti meninggal dunia pada tanggal 30 Januari 1640 dalam usia 55 tahun di Viterbo, Italia. Pada tahun 1807 Giacinta dinyatakan sebagai �santa� oleh Paus Pius VII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Sunday, 26 June 2016

Apakah Kamu Korban Facebook Berikutnya?


Facebookmerupakan salah satu media sosial, yang dengannya kita dapat berkomunikasi dengan siapa saja. Ia membantu mewujudkan salah satu dimensi diri kita sebagai makhluk sosial. Dengan facebook, kita dapat menjalin relasi pertemanan lintas batas.
Akan tetapi, tanpa disadari facebook juga telah membawa petaka. Film ini mau membuka mata kita agar kita tidak menjadi korban berikutnya.

Saturday, 25 June 2016

Orang Kudus 26 Juni: St. Marguerite Rutan

BEATA MARGUERITE RUTAN, MARTIR
Marguerite Rutan lahir pada 23 April 1726 di Metz, Perancis. Ia adalah puteri dari Charles Gaspard Rutan dan Marie Forat. Sejak masih kecil ia membantu usaha keluarganya sampai dengan berusia 21 tahun. Marguerite terpanggil untuk menolong orang-orang miskin. Menjawab panggilan Tuhan, Marguerite memutuskan untuk bergabung dengan Kongregasi Puteri Kasih St. Vinsensius a Paulo pada tahun 1756.
Pada tahun 1799 Marguerite dipindahkan untuk berkarya di rumah sakit di Dax. Hubungan baik juga ia jalin bersama para penduduk. Marguerite kemudian menjadi direktur dan superior komunitasnya. Pada masa Revolusi Perancis Marguerite ditangkap karena menolak bersumpah setia kepada negara. Ia kemudian dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya.
Marguerite Rutan meninggal dunia pada 9 April 1794 di Dax, Landes, Perancis. Pada 19 Juni 2011 ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI, yang diwakili oleh Kardinal Angelo Amato.
Baca juga orang kudus hari ini:

Thursday, 23 June 2016

Ini yang Harus Dilakukan Orangtua terhadap Anak Remajanya

PERAN ORANGTUA DALAM PERKEMBANGAN MENTAL KEPRIBADIAN ANAK USIA REMAJA
Pertengahan Januari 2016 lalu, karyawan keuskupan mendatangkan 3 ekor anak anjing untuk dipelihara. Kelihatan anak-anak anjing itu baru saja lepas susu. Penampilan ketiga anak anjing itu sungguh sangat menarik, lucu dan menggemaskan. Keberadaannya sungguh menyenangkan, bukan saja bagi karyawan yang mendatangkan dan akan memeliharanya, tetapi juga bagi para romo di keuskupan.
Pada 9 Maret, setelah pelayanan Paskah di Paroki Ujung Beting (saya berangkat  pada 8 Februari), saya mendapati anak-anak anjing itu sudah tidak terurus. Badan mereka penuh koreng, dan darinya mengeluarkan bau yang tidak sedap. Seorang rekan imam berkomentar, �Waktu kecil anjing itu diperhatikan, tapi sekarang siapa yang memberinya makan?� Rekan imam ini seakan mau menyindir karyawan yang tidak lagi mau memberi makan anak-anak anjing itu. Akhirnya rekan imam inilah yang meluangkan waktu untuk memberi makan pada ketiga anak anjing itu.
Namun, sebagaimana tindakan yang sudah-sudah, apa yang dilakukan rekan imam ini pun setali tiga uang. Ia hanya sebatas memberi makan. Tidak ada tindakan untuk merawat dan memelihara anak anjing itu. Ketiga anak anjing itu tetap tumbuh besar dengan koreng-koreng di tubuhnya, dan aroma tak sedap menyertainya.
Demikianlah gambaran dunia anak-anak dalam rumah tangga dewasa kini. Kebanyakan orangtua hanya bisa melahirkan anak tanpa mau peduli akan pembinaan mental kepribadian anak. Ketika anak masih balita, orangtua kelihatan senang dan sayang kepada anaknya. Tapi ketika anak mulai besar, tak sedikit dari orangtua mulai lupa akan kewajibannya untuk mendidik dan membina anak sehingga anak benar-benar tumbuh secara sehat, baik fisik, psikis maupun spiritual. Orangtua merasa sudah melakukan tugas hanya dengan memberi makan, uang sekolah dan kebutuhan lainnya.
Jika orangtua hanya puas dengan memberi kebutuhan akan makanan, pendidikan sekolah dan kebutuhan fisik lainnya, orangtua tak jauh beda dengan orang yang hanya bisa memberi makan anak anjing tapi tak mampu merawat dan memeliharanya. Hal ini menyebabkan anak tumbuh tidak dengan baik. Ada kekurangan yang kemudian dirasakan, sebagaimana anak anjing dalam contoh di atas yang menampilkan koreng pada tubuhnya dan aroma busuk.
Usia Remaja, Usia Krisis
Bulan Mei ini publik Indonesia dihebohkan dengan berbagai kasus kejahatan seksual. Yang membuat miris peristiwa ini adalah bukan hanya korbannya dari kalangan anak di bawah umur (5 � 17 tahun), tetapi juga pelakunya adalah anak di bawah umur. Beberapa pelaku kejahatan seksual ini, yang bahkan berujung pada kematian (paling sadis adalah kejadian yang menimpa Enno Parinah di Tanggerang), adalah anak di bawah umur, yang masih masuk dalam kategori remaja.
Banyak ahli sependapat bahwa masa remaja merupakan masa krisis. Anak di usia remaja sering kali mengalami krisis, yang jika tidak ditangani dengan baik dan benar, dapat berdampak buruk pada kehidupannya dan juga sosialnya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan aneka kenakalan pada anak-anak, misalnya seperti terlibat dalam tawuran, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dll. Kenakalan-kenakalan yang dibiarkan atau dikompromi ini akhirnya membuahkan kejahatan, sebagaimana kita saksikan akhir-akhir ini.
Kenakalan dan kejahatan yang terjadi dengan pelakunya anak remaja mau menunjukkan kondisi remaja yang sedang sakit. Ini ibarat anak anjing dalam contoh di atas yang tumbuh berkembang dengan borok dan koreng di badannya sehingga menyebarkan aroma tak sedap. Dan ini dapat dikatakan kurangnya perhatian dan pengasuhan dari orangtua terhadap anaknya. Perhatian orangtua sepertinya hanya sebatas memberi makan, membiayai uang sekolah dan melengkapi keperluan anak.
Banyak orangtua seakan tak peduli akan tumbuh-kembang anaknya. Hal ini diperparah dengan salah satu ciri remaja yang tidak mau dikontrol. Elisabeth B. Hurlock, dalam bukunya Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, mengungkapkan salah satu masalah yang menyebabkan konflik orangtua dan remaja adalah �masalah palang pintu�. Dan berhadapan dengan ini tak sedikit orangtua memilih sikap permisif: tak peduli kemana dan dimana saja anaknya berada, dan dengan siapa saja anaknya bergaul. Bahkan ada orangtua yang tidak memperhatikan kehidupan rohani anaknya, padahal menurut pakar psikologi pergolakan kehidupan rohani anak usia remaja sangat kuat.
Belajar dari Keluarga Kudus
Yesus adalah Allah yang menjadi manusia (sabda yang sudah menjadi daging, bdk. Yoh 1: 14). Sama seperti manusia pada umumnya, Yesus juga melalui tahap-tahap perkembangan manusia, mulai dari lahir, balita, remaja dan dewasa. Yesus tumbuh dan berkembang dalam keluarga hingga Ia memulai karya perutusan-Nya (bdk. Luk 2: 52). Karena itu, tentulah ciri-ciri yang melekat pada periode perkembangan itu dapat juga ditemui pada diri Yesus, meski harus dikatakan bahwa Dia tidak berdosa (bdk Ibr 4: 15).
Jadi, Yesus juga melalui masa remaja. Apakah Yesus juga nakal pada masa remaja-Nya? Dalam arti tertentu, dapatlah dikatakan bahwa pada masa remaja, Yesus pernah berlaku �nakal�. Ini dapat kita baca dalam Lukas 2: 41 � 52. Inilah satu-satunya kisah yang menceritakan kehidupan masa remaja Yesus. Saat itu Yesus berusia 12 tahun. Usia 12 tahun masih masuk dalam kategori remaja. WHO, organisasi kesehatan PBB, membagi usia remaja dalam 2 kelompok, yaitu remaja awal (10 � 14 tahun) dan remaja akhir (15 � 20 tahun).
Dalam kisah Yesus ditemukan dalam Bait Allah ini terkesan bahwa Yesus melawan orangtuanya. Dia memisahkan diri dari orangtuanya, dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan keinginannya tanpa sepengetahuan Maria dan Yosef. Inilah gambaran �kenakalan� Yesus, jika kita memang benar-benar melihat kisah Lukas 2: 41 � 52 ini secara manusiawi.
Namun ada yang menarik dari kisah ini yang ditunjukkan oleh Maria dan Yosef. Setelah tahu Yesus tidak ada bersama mereka, Yosef dan Maria segera mencari Yesus (ay. 44 � 45). Maria dan Yosef tidak membiarkan Yesus hilang begitu saja. Mereka benar-benar memiliki tanggung jawab untuk tumbuh dan berkembangnya Yesus. Pertama-tama Maria dan Yosef sadar anaknya tidak ada bersama mereka, kemudian mereka berusaha mencari tahu dimana anaknya. Ini terlihat dalam ayat 44, dimana Yosef dan Maria mencari jejak Yesus di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Dan ketika Yesus tidak diketahui juga, Maria dan Yosef akhirnya memutuskan untuk mencari-Nya.
Tindakan Maria dan Yosef ini bertolak belakang dengan kebanyakan orangtua dewasa ini. Sekalipun sadar anaknya tidak ada, orangtua masih sibuk dengan urusannya sendiri dan tak peduli dengan anaknya. Jarang sekali orangtua berusaha mencari tahu keberadaan, keadaan serta dunia pergaulan anaknya. Tunggu ketika ada kasus, misalnya pembunuhan atau narkoba, orangtua mulai sibuk dan bingung. Karena itu, apa yang dilakukan Maria dan Yosef terhadap anaknya, dapat menjadi teladan bagi keluarga-keluarga masa kini.
Yang menarik lainnya dari kisah masa remaja Yesus ini ada pada ayat 51 dan ayat 52. Dalam ayat 51 dikatakan bahwa Yesus tetap hidup dalam asuhan Yosef dan Maria. Tak kalah menarik dengan ayat 52, yang mau menunjukkan buah dari asuhan Maria dan Yosef ini, yaitu �Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.� Hal ini seakan mau menegaskan kembali apa yang sudah dilakukan Maria dan Yosef selama ini, yang dapat dibaca dalam ayat 39 dan ayat 40. Artinya, Yosef dan Maria, sebagai orangtua, mewujudkan tanggung jawab mereka dalam mengasuh anaknya. Jadi, di sini terlihat jelas bahwa Maria dan Yosef sungguh-sungguh memperhatikan Yesus. Mereka bukan sekedar memberi-Nya makan, pakaian, uang jajan, melainkan memperhatikan perkembangan fisik, mental dan rohani sehingga Ia makin dikasihi Allah dan manusia.
Dalam pengasuhan ini tentulah ada dialog dan komunikasi di antara mereka. Yosef dan Maria bukan hanya bisa berbicara memberi nasehat, tetapi juga mau mendengarkan. Hal ini seakan sudah menjadi karakter Bunda Maria, yang setelah mendengarkan, �menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.� (ay. 51). Jadi, komunikasi dalam keluarga kudus ini bersifat dialogal.
Teladan keluarga kudus inilah yang hendaknya dihidupi oleh keluarga-keluarga kristiani masa kini. Hendaknya orangtua selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya, secara khusus yang menginjak usia remaja. Dalam komunikasi ini harus juga ditumbuhkan sikap dan semangat mendengarkan. Jadi, bukan tugas anak untuk mendengarkan kata-kata orangtua, tetapi juga orangtua mesti mendengarkan kata-kata anaknya. Dengan pengasuhan, sebagaimana dicontohkan oleh Maria dan Yosef ini, bukan tidak mustahil anak-anak remaja kita dapat tumbuh bertambah besar dan bertambah hikmatnya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
Pangkalpinang, 20 Mei 2016
by: adrian
Baca juga tulisan lainnya:

Bukan Anak Pak Sinaga

Suatu hari keluarga Pak Sinaga kedatangan tamu. Putra mereka, yang baru duduk di kelas 1 SD, bernama Aleks menyambut tamu tersebut. Ketika pintu dibuka, sang tamu melihat si Aleks menyambut dengan senyum.
Tamu           : Kamu siapa?
Aleks           : Saya putra Pak Sinaga.
Tiba-tiba ibunya muncul dari belakang dan menyambut tamunya. Sang ibu sempat tersenyum mendengar jawaban putranya. Setelah tamunya pulang, si ibu memanggil puteranya dan menyatakan bahwa jawabannya tadi sedikit keliru.
Ibu              : Lain kali kalau ada yang tanya kamu siapa, jangan bilang �Saya putra Pak Sinaga�, tetapi �Saya Aleks Sinaga.�
Pada hari Minggu Aleks mengikuti pelajaran Sekolah Minggu. Waktu itu pertemuan kedua untuk tahun itu, sehingga kakak pendamping mencoba mengingat-ingat anak-anaknya. Ia tiba pada Aleks.
Kakak          : Kamu putra Pak Sinaga, kan?
Aleks           : Awalnya saya pikir begitu, tapi ibu saya bilang bukan.
Kakak          : Loh, jadi kamu siapa?
Aleks           : Aleks Sinaga
Kakak          : #@%$&^#*&^#????
Jakarta, 22 Juni 2016
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Tuesday, 21 June 2016

Orang Kudus 22 Juni: St. Yulia Billiart

SANTA YULIA BILLIART, PENGAKU IMAN
Maria Rosa Julia Billiart lahir pada 12 Juli 1751 di Cuvilly, Picardy, Perancis. Ia adalah puteri dari Jean Francois Billiart, seorang petani, dan Marie Louise Antoinette Debraine. Sejak kecil kecil ia sudah sangat tertarik dengan pelajaran agama. Ia mempelajari katekismus dengan sendirinya dan mengajarkannya kepada teman-teman sebayanya. Pastor parokinya mengizinkannya menerima komuni pertama sebelum usia yang ditentukan.
Yulia mengikrarkan kaul pribadi pada usia 14 tahun, dan mulai berkarya kepada orang-orang miskin. Ketika berusia 22 tahun, Yulia yang sedang duduk di samping ayahnya menyaksikan usaha percobaan pembunuhan terhadap ayahnya. Hal ini membuatnya lumpuh dan pincang selama sekitar 30 tahun. Selama kelumpuhannya, Yulia masih terus berdoa dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.
Selama Revolusi Perancis Yulia menggunakan rumahnya untuk menyembunyikan para imam dan biarawan. Ia kemudian menjadi sasaran pihak pemerintah, sehingga Yulia harus dilarikan ke Compeigne, dan bersembunyi dari satu rumah ke rumah lainnya. Bersama dengan Francoise Blin de Bourdon, seorang bangsawan, Yulia membagikan keinginannya.
Pada tahun 1803 mereka mendirikan Kongregasi Notre Dame de Namur di Amiens, Perancis. Karya ini mendapat dukungan dari uskup setempat dan bertujuan pada pendidikan anak-anak yang tidak mampu. Pada 1 Juni 1804, setelah menyelesaikan rangkaian novena, Yulia sembuh secara ajaib dari penyakitnya. Ia mampu berjalan seperti semula. Yulia kemudian mengikrarkan kaulnya pada 15 Oktober 1804. Ia menjadi superior jenderal kongregasinya yang pertama.
Yulia Billiart meninggal dunia pada 8 April 1816 di Namur, Belgia. Pada 13 Mei 1906 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius X, dan pada 22 Juni 1969 ia dikanonisasi oleh Paus Paulus VI.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 22 Juni: St. Albanus

SANTO ALBANUS, MARTIR
Riwayat hidup Albanus ditulis oleh Santo Beda, kira-kira pada tahun 700. Albanus adalah orang Kristen pertama yang dibunuh di kepulauan Britania, dan martir Inggris pertama pada akhir abad III. Sejak abad I, kepulauan Britania berada di bawah kekuasaan Romawi. Iman Kristen yang berkembang di sana dibawa oleh tentara-tentara Roma yang beragama Kristen.
Pada masa penganiayaan umat Kristen di seluruh Kekaisaran Romawi, sewaktu Diokletianus menjadi kaisar, ada seorang imam yang dikejar-kejar oleh tentara-tentara Romawi. Imam ini bersembunyi di rumah Albanus, yang saat itu masih seorang kafir. Selama persembunyiannya, imam ini mengajari Albanus ajaran-ajaran iman kristiani.
Pada suatu hari Albanus mengenakan pakaian imam itu dan berjalan-jalan di luar rumahnya. Ia segera ditangkap dan diseret ke pengadilan. Dengan berani Albanus mengakui dirinya sebagai penganut agama Kristen. Karena itu pengadilan Romawi segera menjatuhkan hukuman pancung atas dirinya di atas sebuah bukit disebut Verulamium. Oleh orang Ingris, bukit ini disebut bukit Saint Albans.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Monday, 20 June 2016

Asah Otak: Gambar Menarik

GAMBAR - GAMBAR MENARIK
Berikut ini akan disajikan 5 gambar menarik. Secara umum gambar-gambar ini mau mengajak kita untuk berpikir dan berkonsentrasi, baik dalam menikmati gambar maupun mencari gambar. Ada beberapa gambar, yang menyembunyikan sebuah gambar di balik tampilan gambar yang ada.
Gambar di atas, selain menampilkan pulau karang, gambar apa lagi yang kamu dapat lihat?
Gambar di atas ini menampilkan pemandangan alam dengan 2 manusia. Tapi, ternyata ada gambar bayi. Dapatkah kamu menemukannya?
Mungkin kamu akan bilang gambar di atas ini adalah gambar daun dan bunga Lili. Dapatkah kamu menemukan gambar lain dari kedua gambar ini?

Gambar di atas menampilkan kumpulan bentuk-bentuk bangunan. Namun di balik semuanya ada sebuah kata. Kata apa itu?
Sekilas gambar di atas menampilkan 3 tentara dengan ukuran berbeda, padahal sama saja. Temukanlah jawabannya?

Friday, 17 June 2016

Telaah Kritis atas Pernyataan DR Zakir Naik

BENARKAH YESUS BUKAN TUHAN?
Dalam salah satu penampilannya, menanggapi pertanyaan seorang kristen yang hadir dalam ceramahnya, DR Zakir Naik dengan sombong menyatakan bahwa Yesus itu bukan Tuhan sebagaimana diimani oleh orang Kristen. DR Zakir menantang orang Kristen untuk mencari dalam Kitab Suci, terkhusus Injil, dimana ada dinyatakan �Akulah Tuhan.� DR Zakir bahkan berani mempertaruhkan imannya jika ada ayat dimana Yesus menyatakan diri-Nya Tuhan. �Saya akan meninggalkan islam jika ada tertulis dalam Kitab Suci Yesus berkata: Akulah Tuhan,� ujarnya.
Di sini DR Zakir Naik mau mengatakan bahwa Yesus itu bukan Tuhan. Ketuhanan Yesus, menurut DR Zakir, adalah pemikiran Rasul Paulus. Ada kesan bahwa ketuhanan Yesus hanya ditentukan oleh ada tidaknya pernyataan dari Yesus sendiri bahwa Dia adalah Tuhan. Apakah benar Yesus bukan Tuhan hanya karena tidak ada pernyataan dari Yesus sendiri?
Ketika menyaksikan dan mendengar penjelasan DR Zakir, saya langsung senyum-senyum saja. Andai orang Kristen yang ada saat itu sedikit membaca Kitab Suci, khususnya Injil Yohanes, pastilah dia dapat men-skak mat DR Zakir dengan Yohanes 13: 13. Dalam nas ini tertulis pernyataan Yesus, �Akulah Guru dan Tuhan.� Apakah DR Zakir meninggalkan islam? Hingga kini ia masih memeluk islam dan rajin menjelek-jelekkan agama lain, terlebih kristen. Terlihat jelas kebohongan DR Zakir, yang mengatakan akan meninggalkan islam jika ada teks yang mengatakan Yesus adalah Tuhan.
Tetapi mungkin DR Zakir akan mengelak dengan mengatakan bahwa kata dalam Yoh 13: 13 sebenarnya adalah Tuan (tanpa h) bukan Tuhan. Dan kalau sudah begini, maka diskusi tidak akan menemui titik temu karena saya yakin DR Zakir akan ngotot dengan pendapatnya. Orang Kristen harus menghormati pendapat DR Zakir jika dia mengatakan bahwa pernyataan Yesus dalam Yoh 13: 13 adalah Tuan, yang mengacu pada manusia biasa dengan kedudukan yang tinggi. Yang pasti. DR Zakir sudah menelan ludahnya sendiri.
Biarkanlah DR Zakir dan orang lain yang sama sepertinya berpendapat demikian; namun tidaklah dengan orang Kristen. Orang Kristen percaya bahwa kata yang digunakan Yohanes adalah TUHAN, karena jika dilihat dalam bahasa asli Injil Yohanes, yaitu Yunani, kata yang dipakai adalah kurios. Kata ini dipakai untuk:
1.    Pemilik, yang empunya harta benda. Majikan, induk semang dari hamba pelayan, budak
2.    Pengauasa tertinggi, raja yang berkuasa
3.    Ilah-ilah
4.    Gelar kehormatanterutama bagi atasan
5.    Panggilandari seorang anak kepada ayahnya
6.    Panggilan bagi seseorang yang bermartabat tinggi dan memiliki otoritas
7.    Allah sebagai tuan tertinggi dan penguasa alam semesta, biasanya merujuk kepada terjemahan kata Ibrani YHVH.
Saya sama sekali kurang tertarik untuk berdebat soal kata TUHAN dalam Injil Yohanes tersebut, karena saya punya keyakinan bahwa kata-kata manusia tidaklah mampu membahasakan keilahian Tuhan yang mahakuasa. Kita harus sadar bahwa kata-kata memiliki keterbatasan. Yang menarik perhatian saya adalah logika berpikir DR Zakir. Sekali lagi saya mengandaikan tidak ada Yohanes 13: 13. Logika berpikir DR Zakir begini: karena tidak ada pernyataan dari Yesus bahwa dirinya adalah Tuhan, maka Yesus bukanlah Tuhan.
Di sini tampak jelas cara berpikir DR Zakir adalah hitam � putih. Kalau tidak hitam, ya putih. Atau juga cara berpikir demikian dikenal dengan teori black swan.Dulu orang hanya berpikir angsa itu putih. Karena selalu menemui angsa putih, maka orang berasumsi bahwa semua angsa itu putih. Orang tidak percaya bahwa ada angsa hitam, sampai akhirnya ditemui angsa hitam. Jadi, di sini cara pikir DR Zakir bersifat empiris-eksplisit. Yesus bukan Tuhan karena Dia tidak mengataan demikian. Benarkah logika demikian?
Saya punya dua pengalaman menarik. Bulan Desember 2015 lalu saya pergi ke Dabo � Singkep (wilayah Kepulauan Lingga). Saya dapat info dari pastor yang berkarya di sana bahwa nanti saya dijemput oleh Markus. Saya sama sekali tidak kenal dan belum pernah bertemu dengan Markus, demikian pula dia terhadap saya. Jadi, kami sama-sama belum kenal dan belum tahu. Markus hanya berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Rm. Stello bahwa saya tinggi, orang Flores, rambut panjang dan beberapa ciri lainnya. Ketika tiba di pelabuhan Jagoh, ada begitu banyak penumpang turun, dan ada juga penumpang siap naik, karena kapal masih mau jalan ke Tanjung Buton, Daik � Lingga.
Ketika tiba di pelabuhan, saya mencoba mencari-cari orang yang bernama Markus, namun tiba-tiba ada tangan yang menarik tas saya dan berkata, �Tas Romo cuma ini?� Saya mengangguk dan membiarkan dia membawa tas saya, sementara saya hanya mengikuti dia dari belakang. Dalam perjalanan itulah saya baru yakin kalau orang itu adalah Markus, meski saat itu dia belum juga memperkenalkan dirinya.
Kisah yang serupa saya alami waktu saya ke Pulau Pulun (juga di bulan dan tahun yang sama, tapi beda tanggal). Saudara Ansel diminta untuk menjemput saya di pelabuhan. Dia sama sekali belum pernah ketemu atau melihat wajah saya. Berbicara lewat telepon pun sama sekali kami tidak pernah. Tapi, ketika saya turun di pelabuhan, dia langsung merangkul saya dan menuntun saya ke darat. Dalam perjalanan dia berkata, �Sekalipun Romo tidak memperkenalkan diri, saya sudah tahu Romo adalah Romo.� Dia mau meyakinkan saya bahwa saya memang benar ROMO; dan memang demikian.
Yang menarik dari dua kisah ini adalah bahwa saya tidak memperkenalkan diri saya adalah ROMO, tapi baik Markus maupun Ansel percaya saya adalah ROMO. Saya tidak pernah berkata, �Saya adalah Romo!�, tapi Markus dan Ansel yakin saya adalah Romo. Mereka dapat mengenal saya sebagai ROMO sekalipun saya tidak mengatakan, �Sayalah Romo!� Untunglah kedua orang ini tidak seperti DR. Zakir. Seandainya mereka memiliki pola pikir seperti DR Zakir, pastilah mereka akan menunggu saya berteriak di tengah kerumunan orang, �Saya adalah ROMO!�; atau mereka akan menanyai orang satu per satu, �Apakah Anda ROMO?�
Demikianlah dengan Yesus. Sekalipun Dia tidak mengatakan �Akulah Tuhan!� orang Kristen percaya bahwa Dia adalah Tuhan. Kepercayaan ini bukan hanya didasarkan pada perkataan �Akulah Tuhan!�, melainkan pada ciri-ciri atau tanda-tanda yang menyertai-Nya. Jadi, orang Kristen percaya bahwa Yesus itu Tuhan, sekalipun Yesus sendiri tidak pernah berkata �Akulah Tuhan!�, karena orang Kristen telah melihat hidup Yesus sebagai manifestasi ketuhanan.
Gelar Yesus sebagai Tuhan pertama-tama dapat ditemui dalam seluruh Injil, dimana gelar itu disematkan kepada Yesus oleh orang lain. Misalnya oleh Malaikat dalam Lukas 2: 11, para murid dalam Matius 8: 25, perempuan Samaria dalam Yohanes 4: 11 � 19, dan masih banyak lagi. Pernyataan Yesus dalam Injil Sinoptik bahwa �Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat� (Mrk 2: 28; Mat 12: 8; Luk 6: 5) secara implisit mau menegaskan keallahan Yesus. Tidak ada yang bisa mengutak-atik aturan Sabat, kecuali Allah. Nah, Yesus telah mengutak-atiknya. Maka Yesus adalah Allah. Sayang, DR Zakir tidak mampu melihat hal yang implisit seperti ini.
Ketuhanan atau keallahan Yesus dapat juga dilihat pada setiap mukjizat yang dilakukan-Nya. Salah satu mukjizat-Nya adalah membangkitkan Lazarus yang sudah 3 hari meninggal. Tour Guide kami saat ziarah di Tanah Suci (April 2015), namanya Ramzi, mengatakan bahwa dalam tradisi Yahudi hanya Allah saja yang dapat membangkitkan orang mati. Saudara Ramzi ini adalah orang Yahudi yang kemudian menjadi Kristen. Dia mengaku sudah belajar 3 teologi agama Samawi. Karena itu, dengan membangkitkan Lararus, Yesus membuktikan diri-Nya sebagai Allah atau Tuhan. Sayang, DR Zakir tidak mampu melihat hal yang implisit seperti ini.
Ketika kami berada di tepi Danau Galilea, saudara Ramzi bercerita tentang kisah Yesus berjalan di atas air (Mat 14: 23 � 33). Sangat menarik ketika ia mengatakan bahwa aksi Yesus berjalan di atas air mau menunjukkan keallahan-Nya. Hal ini merujuk kepada kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian. Di sana dikatakan bahwa ,�Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.� (Kej 1: 2). Sayang, DR Zakir tidak mampu melihat hal yang implisit seperti ini.
Ketuhanan atau keallahan Yesus juga dapat dilihat dari peristiwa kebangkitan-Nya. Orang Kristen percaya bahwa dengan bangkit dari mati, Yesus menang atas kuasa maut. Di sini Yesus menunjukkan keallahan-Nya. Keyakinan orang Kristen ini didasarkan pada pengalaman iman Tomas ketika berjumpa dengan Yesus yang bangkit. �Ya Tuhanku dan Allahku!� (Yoh 20: 28). Sekalipun tidak pernah bertemu atau melihat Yesus yang bangkit, orang Kristen dewasa kini tetap percaya bahwa Dia-lah Tuhan dan Allah. Sayang, DR Zakir tidak mampu melihat hal yang implisit seperti ini.
Jadi, kita dapat melihat betapa rendahnya cara berpikir DR Zakir Naik. Hanya karena tidak menemukan kata-kata Yesus bahwa �Akulah Tuhan!�, dia tidak percaya bahwa Yesus itu sungguh Tuhan. Seolah-olah ketuhanan Yesus hanya dibatasi pada kata-kata �Akulah Tuhan!�. Ada yang lucu dari DR Zakir ini. Dia tidak mengakui Yesus itu Tuhan, karena tidak ada perkataan Yesus, �Akulah Tuhan!�, tapi dia percaya kalau Yesus itu nabi, sekalipun tidak ada perkataan Yesus, �Akulah nabi!�.
Pangkalpinang, 15 Mei 2016
by: adrian
Baca juga tulisan lainnya:

Thursday, 16 June 2016

Memanfaatkan Biji Pohon Jarak Pagar


Tak banyak yang tahu kalau biji buah pohon jarak pagar dapat diolah menjadi minyak yang bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga. Konon, minyak ini dapat dipakai untuk kendaraan bermesin disel, seperti pompong. Tumbuhan ini dapat hidup dimana saja.
Di saat harga minyak kian mahal dan dimana minyak tanah sudah sulit dijumpai, kini saatnya warga beralih ke minyak berbahan baku tumbuhan. Cara pengolahannya pun tidak susah (baca di sini). Semua tinggal kemauan kita saja.

Jika Bisa Buat Sendiri, Kenapa Harus Beli?

MEMBUAT MINYAK BIODISEL DARI BIJI-BIJIAN
Minyak sudah menjadi kebutuhan pokok manusia. Dengan minyak manusia dapat menggerakkan mesin sehingga ia bisa bepergian atau melakukan aktifitas lainnya. Di saat listrik mati, orang masih bisa memperoleh penerangan dengan menggunakan minyak.
Selama ini manusia hanya mengandalkan minyal berbahan baku fosil. Manusia tidak tahu bahwa ketersediaan minyak berbahan baku fosil ini sudah kian menyusut. Cepat atau lambat ketersediaan bahan itu akan habis. Di samping itu penggunaan minyak berbahan baku fosil dapat berdampak buruk bagi lingkungan, salah satunya adalah efek gas rumah kaca.
Oleh karena itu, sudah saatnya manusia beralih kepada penggunaan minyak berbahan baku non-fosil. Ada banyak bahan dapat dijadikan minyak yang dapat menunjang kehidupan manusia. Misalnya, plastik. Dengan menggunakan plastik sebagai bahan baku minyak, kita secara tidak langsung sudah turut membantu mengurangi tingkat pencemaran lingkungan.
Berikut ini akan disajikan dua bahan baku minyak yang berasal dari biji tumbuh-tumbuhan, yaitu biji jarak dan biji karet.
1.    Biji Jarak Pagar
Caranya: siapkan biji jarak pagar yang sudah dikeringkan. Proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan menjemur biji tersebut di bawah matahari selama kurang lebih 2 � 3 hari. Setelah itu pecahkan biji itu untuk memisahkan antara daging dan cangkangnya. Kemudian daging biji jarak digiling dan diperas. (Kalau malas memisahkan daging dari cangkang, biji jarak dapat langsung digiling dan diperas). Hasil perasan ini dapat digunakan sebagai bahan pengganti solar; bisa juga untuk keperluan kompor. Sekedar diketahui, 3 kg biji jarak pagar dapat menghasilkan 1 liter minyak jarak.
Di atas merupakan cara tradisional. Bisa dikatakan bahwa minyak di atas masih bersifat kotor, karena masih tercampur dengan getah dan senyawa lainnya. Untuk mendapat hasil yang lebih baik, minyak olahan pertama diendapkan semalam, lalu dilakukan proses degumming, yaitu proses pemisahan getah atau lendir tanpa mengurangi jumlah asam lemak dalam minyak. Dari sinilah akhirnya menghasilkan minyak murni.
2.    Biji Karet
Pengolahan minyak dari biji karet tak jauh berbeda dengan biji jarak pagar. Yang sedikit membedakannya adalah bahwa biji karet tidak perlu dijemur. Bila perlu biji karet tidak perlu tertahan lama hingga 2 � 3 hari. Hal ini justru dapat mengurangi kadar minyaknya. Caranya sama seperti mengolah biji jarak pagar. Ambil daging biji karet (kernel) lalu diperas dalam ekspeler hingga menghasilkan minyak biji karet. Untuk mendapatkan minyak biji karet yang murni, hasil pertama harus melalui proses degumming.
Demikianlah dua biji yang dapat diolah menjadi minyak. Sebenarnya masih ada beberapa biji lain lagi yang juga dapat diolah menjadi minyak biodiesel. Misalnya seperti biji alpukat.
Jika diperhatikan, ternyata Tuhan menyediakan banyak sarana dan cara bagi manusia. Semuanya tinggal bagaimana manusia mau memanfaatkannya. Sarana ini sebenarnya mudah didapat, namun niat baik manusia untuk memanfaatkannya masih lemah. Apakah kita menunggu minyak berbahan dasar fosil habis dulu baru kita sibuk mencari alternatif?
Pangkalpinang, 10 Juni 2016
by: adrian, dari berbagai sumber
Baca juga tulisan lain:

Wednesday, 15 June 2016

Menemukan Pakaian Adam

Aleks adalah siswa SD kelas 1. Setiap hari Minggu ia selalu hadir Sekolah Minggu, karena ia suka dengan cerita-cerita Kitab Suci, seperti kisah penciptaan, Adam dan Hawa, Kain dan Abel, dll. Suatu hari Aleks menemukan sebuah Kitab Suci yang sangat besar dan terkesan tua milik keluarganya.
Karena penasaran, Aleks membuka lembaran demi lembaran. Tiba-tiba sesuatu jatuh dari lembaran Kitab Suci itu. Aleks memungut dan melihatnya. Ternyata selembar daun kering yang terjepit di antara lembaran Kitab Suci tadi. Segera Aleks menunjukkan itu kepada bapaknya.
�Pak, lihat apa yang saya temukan,� ujar Aleks agak teriak.
�Apa yang kamu temukan?� tanya bapaknya
�Saya pikir ini adalah pakaian Adam!� jelasnya dengan semangat.
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 15 Juni: St. Vladimir

SANTO VLADIMIR, PENGAKU IMAN
Vladimir adalah pangeran Kristen pertama dari Negara Kiev, Rusia Selatan (Slavia Timur). Ia adalah raja dengan gelar Vladimir I. ia memerintah dari tahun 980 � 1015. Cucu Santa Olga ini dihormati sebagai santo pelindung Rusia. Ia lahir di Kiev kira-kira pada tahun 956. Semenjak masa kecilnya, ia dididik dan dibesarkan dalam lingkungan dan adat istiadat kafir. Olga, neneknya, terus menerus mempengaruhi dia agar menjadi Kristen.
Sepeninggal ayahnya, Pangeran Sviatoslav dari Kiev (964 � 972), Vladimir terlibat dalam pertikaian hebat dengan kedua adiknya laki-laki untuk memperebutkan hak kepemimpinan atas Negara Kiev. Pada tahun 980 ia mengambil alih ibukota Kiev, dan memaksakan kekuasaannya pada kedua saudaranya. Pada waktu itu ia tampil sebagai seorang penantang keras misionaris-misionaris Kristen pertama yang menyusup masuk ke dalam wilayah Kiev dari Bulgaria, sebuah Negara Kristen Slavia lainnya. Namun perlakuannya yang kejam terhadap para misionaris itu beakhir tatkala pada tahun 988 ia menikah dengan Anna yang beragama Kristen. Anna adalah puteri Raja Basilius II dari Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium. Atas tuntutan Anna, Vladimir bersedia dipermandikan menjadi Kristen.
Semenjak itu ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengkristenkan seluruh rakyat dan mendirikan gereja-gereja, antara lain Katedral Tiches di Kiev. Untuk maksud luhur ini ia mendatangkan banyak rahib dari Yunani. Di atas semuanya itu ia berusaha mempertemukan kebiasaan-kebiasaan dan hukum-hukum Negara Kiev, Rusia. Ia menciptakan kesatuan politis di seluruh negeri dengan mengangkat 12 puteranya menjadi gubernur di berbagai wilayah kerajaan.
Vladimir meninggal dunia pada 15 Juli 1015 di Berestovoe, Rusia. Dua orang puteranya, yaitu Boris (atau Romanus) dan Gleb (atau David) dibunuh sebagai martir pada waktu terjadi pemberontakan dari orang-orang kafir.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini: