Tahun 2016 ini ditutup dengan berita panas tentang masalah penistaan agama. Tokoh utamanya adalah Basuki Tjahaya Purnama, atau biasa disapa Ahok. Berawal dari keselip lidah dalam pidatonya di Kepulauan Seribu, yang mana videonya yang telah diedit diunggah di dunia maya, Ahok difatwa telah melakukan penistaan agama. Protes, kecaman dan demo pun mulai menyeruak di negeri ini, bukan hanya di Jakarta melainkan juga di beberapa daerah Indonesia.
Sekalipun Ahok sudah menyampaikan permintaan maaf dan menjelaskan bahwa tidak ada niatnya untuk menghina agama islam (Al Quran), sekalipun Nusron Wahid dan beberapa tokoh islam sudah menyatakan tidak ada kata-kata yang menghina Al Quran dalam pidato Ahok, umat islam sudah keburu marah. Mungkin sudah didasari oleh fatwa MUI bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama dan ulama. Mereka tidak memperhatikan isi dan konteks pidato Ahok.
Soal penistaan agama sebenarnya bukan baru kali ini saja terjadi. Penistaan agama juga sebenarnya bukan hanya dialami oleh umat islam saja. Penistaan agama juga dialami oleh umat dari agama mana pun, dan sudah terjadi sejak dulu. Salah satunya adalah umat kristen.
Ini Kisah Nyata
Seorang anak SD berkata kepada pastornya, "-Romo, apa benar yang di salib itu bukan Tuhan Yesus?-" Ketika pastor bertanya darimana info itu didapat, siswa itu menjawab dari guru agama islam. Kemudian anak itu mengatakan bahwa yang sebenarnya mati di kayu salib itu adalah orang yang menyerupai Yesus. Dengan tersenyum, pastor itu berkata, -"Itu keyakinan mereka. Kita harus menghormatinya. Keyakinan kita adalah bahwa yang mati di salib adalah Tuhan Yesus. Itu tertulis dalam kitab suci."
Pengalaman anak SD di atas bisa terjadi juga di tempat lain. Ada banyak siswa Kristen, yang karena kekurangan tenaga guru agamanya, terpaksa ikut pelajaran agama islam. Tentu publik ingat akan Aria Desti Kristiana, seorang mualaf, yang menjadi islam sejak kelas 1 SD. Bukan tidak mungkin, di sekolahnya ia menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa dia jawab. Misalnya, kenapa Tuhan harus disalib? (baca kisahnya di sini: Kisah Mualaf)
Di tempat lain, seorang pemuda yang sudah jadi mulaf, mengatakan kepada teman-teman kristennya bahwa ajaran Kristen selama ini sudah salah. Secara tidak langsung, memakai cara tafsir MUI terhadap pernyataan Ahok, pemuda itu mau mengatakan bahwa para imam dan uskup, sebagai pemegang kuasa mengajar, telah melakukan pembohongan kepada umat. Ketika ditanya kenapa ajaran Kristen selama ini salah, dengan tegas pemuda itu berkata bahwa Alkitab sudah dipalsukan. Sekali lagi, dengan memakai cara tafsir MUI terhadap pernyataan Ahok, pemuda itu mau mengatakan bahwa Alkitab orang Kristen saat ini membohongi umat.
Sebenarnya ada banyak kisah penistaan terhadap agama Kristen. Para mualaf banyak melakukan penistaan terhadap agama Kristen. Akan tetapi, belum pernah terdengar ada kemarahan, protes terbuka dan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh umat Kristen. Berbeda dengan umat islam.
Jika ditanya apakah umat islam, terlepas apakah sengaja atau tidak, telah menistakan agama Kristen? Tentulah jawabannya tidak. Alasannya karena mereka melaksanakan ajaran agamanya. Apakah agama islam mengajarkan menistakan agama lain, khususnya Kristen? Silahkan jawab sendiri. Akan tetapi, sebagai umat beragama yang wajib mengikuti ajaran agamanya, mau tidak mau umat islam akan berkata bahwa kitab suci orang Kristen palsu, dan bahwa yang mati di salib bukan Yesus tetapi orang yang menyerupai Yesus.
Jadi, guru agama islam bagi anak SD di atas tidak salah, karena dia hanya menyampaikan apa yang dikatakan oleh surah An-Nisa ayat 157. Demikian pula pemuda mualaf di atas tidak salah, karena dia hanya menyampaikan apa yang dikatakan oleh surah Ali Imran ayat 78. Juga umat islam lainnya tidak salah kalau mereka mengatakan bahwa tempat bagi orang Kristen adalah neraka, sekalipun hidupnya baik dan saleh, karena mereka hanya meneruskan apa yang disampaikan surah At Taubah ayat 73 dan surah Al Maidah ayat 72. Atau jika umat islam mengatakan bahwa orang Kristen itu kafir, karena Al Quran mengajarkan demikian (baca surah Al Maidah ayat 72 dan 73).
Dengan demikian terlihat jelas bahwa agama Kristen sudah mengalami penistaan oleh umat islam sejak terbentuknya Al Quran, yang menjadi pedoman hidup umat islam. Hingga kini pun penghinaan itu masih sering terjadi. Tapi, kenapa umat Kristen diam saja?
Umat Kristen Menyikapi Penistaan Agama
Jika umat islam mengalami penistaan terhadap agamanya, baik itu Al Quran atau Nabi Muhammad, sudah bisa dipastikan akan ada protes, kemarahan dan aksi demo. Hal ini dapat dimaklumi karena umat islam diajarkan untuk membela agamanya. Sekali lagi, pusat ajaran islam adalah Al Quran. Setidaknya ada empat surah yang bisa dijadikan rujukannya, yaitu surah Muhammad ayat 7, al Hajj ayat 40, al Hadid ayat 25, dan an Nisaa ayat 95. Dan dalam membela itu umat islam dapat menggunakan kekerasan, supaya orang lain merasakan sikap kekerasan umat islam. Ini didasarkan pada surah At Taubah ayat 123.
Tidaklah demikian halnya dengan umat Kristen. Tidak ada ajaran dalam kitab suci yang meminta umat Kristen untuk membela agamanya. Memang ada ajaran pembelaan agama, yang dikenal dengan istilah apolegetik, namun sifatnya lebih ilmiah atau rasional. Umat Kristen dapat membela ajaran agamanya dengan argumen-argumen rasio, bukan emosi.
Lalu, bagaimana orang Kristen menyikapi penistaan agamanya?
Seperti umat agama lainnya, umat beragama wajib melaksanakan ajaran agamanya. Salah satu inti ajaran agama adalah kitab suci. Nah, kitab suci orang Kristen sudah memberikan pedoman yang harus dilakukan oleh umatnya ketika menghadapi penghinaan, aniaya dan permusuhan.
Mengampuni. Ajaran agama yang terkandung dalam Alkitab bukan hanya terlihat pada perkataan-perkataan Yesus dan para rasul, melainkan juga pada sikap dan perbuatan Yesus. Ada banyak pengajaran Yesus tentang pengampunan, misalnya yang terkandung dalam doa Bapa Kami atau mengampuni 70 kali 7 kali (Matius 18: 22). Yesus menunjukkan tindakan mengampuni ketika Dia mengampuni mereka-mereka yang mencela, mengolok-olok bahwa menyalibkan Dia (Lukas 23: 34). Oleh karena itu, ketika menghadapi penistaan agama, umat Kristen mengampuni sebagaimana yang telah diajarkan kitab suci.
Mengasihi. Agama Kristen terkenal sebagai agama kasih, karena ajaran utamanya adalah kasih. Ini berawal dari konsep Allahnya yang adalah kasih (1Yohanes 4: 16). Selain itu ada begitu banyak ajaran untuk mengasihi orang lain, bukan saja yang baik melainkan juga yang jahat terhadapnya. Misalnya, Yesus berkata, "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu." (Lukas 6: 27). Pada kesempatan lain Yesus berkata, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5: 44). Oleh karena itu, ketika menghadapi penistaan agama, umat Kristen mengasihi sebagaimana yang telah diajarkan kitab suci.
Mendoakan. Daripada membuang energi percuma, dengan aksi unjuk rasa, yang malah dapat mengganggu kepentingan orang lain, orang Kristen justru mengambil sikap mendoakan mereka yang memusuhi, membenci bahkan mencaci-makinya. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diajarkan Yesus dalam kitab suci, misalnya Matius 5: 44 dan Lukas 6: 28. Oleh karena itu, ketika menghadapi penistaan agama, umat Kristen berdoa untuk pelaku penistaan itu sebagaimana yang telah diajarkan kitab suci.
Memberkati. Umat Kristen diajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Hal ini didasari pada nasehat Yesus, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu." (Matius 5: 39). Nasehat ini kembali ditegaskan oleh St. Paulus (Roma 12: 17 dan 1Tesalonika 5: 15) dan St. Petrus (1Petrus 3: 9). Sebagai gantinya, umat Kristen diminta untuk memberkati. Oleh karena itu, ketika menghadapi penistaan agama, umat Kristen malah memberkati pelaku penistaan itu sesuai ajaran kitab suci.
Koba, 21 Desember 2016
By: adrian
Baca juga tulisan lain: