Latest News

Wednesday, 30 November 2016

AWAM DAN IMAM DALAM KERANGKA KAUL KEMISKINAN

Liburan November 2016 lalu, saya berkesempatan mengunjungi sahabat lama saya. Dulu kami pernah satu seminari menengah dan kembali bertemu di seminari tinggi yang sama. Akan tetapi, jalan panggilan hidup kami berbeda. Ia memilih menjadi awam, sedangkan saya lanjut menjadi imam.
Saat ini dia bekerja di pemerintahan daerah, di salah satu daerah di Flores sebagai PNS. Posisi jabatannya di pemda terbilang lumayan penting, karena dia tidak hanya bermodalkan ijasah S-1 filsafat, melainkan S-2 manajemen aset, yang diperolehnya di UGM Yogyakarta.
Tiga hari saya tinggal bersama dengannya, ngobrol dan jalan-jalan di daerahnya. Selama itu saya sungguh kagum dengan penampilan sahabat saya ini. Sekalipun tidak mengucapkan kaul/janji kemiskinan seperti para imam, biarawan/biarawati, gaya hidupnya sangat sederhana. Kontras dengan segelintir imam, yang juga pernah hidup bersamanya di seminari tinggi.
Padahal dia tidak terikat dengan kaul dan janji kemiskinan. Gajinya sekitar tiga kali (bahkan empat) uang saku saya. Itu belum termasuk tunjangan dan lainnya. Tapi motor tunggangannya hanyalah Yamaha Jupiter MX King 150 cc, sebuah motor bebek. Harganya berada dalam kisaran 18 � 20 juta. Kontras dengan beberapa imam yang mempunyai motor pribadi dengan harga di atas 50 juta.
Belum lagi soal HP-nya. Selama tinggal bersamanya, tidak pernah saya melihatnya memegang HP lain selain Nokia N70, jenis nokia yang diproduksi tahun 2005. Ini berarti teman saya ini hanya mempunyai 1 HP. Dengan gajinya sebulan, ditambah belum punya beban tanggungan, sebenarnya dia pantas dan layak memiliki HP sekelas Samsung Galaxy dengan harga kisaran 2 � 4 juta. Kepada saya dia hanya mengatakan bahwa dia merasa belum merasa butuh memiliki barang-barang itu, di samping dia belum bisa melepas Nokia N70-nya.
Sikapnya ini sungguh sangat berbeda dengan beberapa rekan imam, yang juga pernah hidup bersamanya di seminari tinggi. Sangat sulit menemukan imam yang hanya memiliki satu HP. Minimal seorang imam mempunyai dua HP. Itu pun harganya jauh di atas uang sakunya.
Di kehidupan awam, khususnya pemerintahan, pegawai yang hidupnya tidak sesuai dengan pendapatannya, patut dicurigai. Contoh konkret adalah Gayus HP Tambunan. Kekayaan yang dimilikinya tidak sebanding dengan gaji yang diterimanya. Karenanya, pantas jika dia terjerat dengan kasus korupsi.
Penampilan sahabat saya ini sungguh-sungguh tamparan bagi saya, dan juga para imam. Dia tidak mengucapkan kaul/janji kemiskinan, tapi menghayati hidup sederhana. Sementara para imam, sekalipun mengucapkan kaul/janji kemiskinan (bahkan setiap tahun selalu diperbaharui), justru bergelimang harta kekayaan.
Semoga sosok sahabat saya ini dapat menjadi inspirasi bagi saya, dan juga para imam, dalam menghayati kaul/janji kemiskinan.
Koba, 26 November 2016
by: adrian
Baca juga tulisan terkait:

Monday, 28 November 2016

Menjaga Daya Tahan Tubuh

Setiap manusia pasti ingin sehat, baik jiwa maupun badan. Akan tetapi, sedikit orang yang sadar akan keinginannya itu. Banyak orang lupa. Baru ketika sakit atau penyakit melandanya, orang baru sadar betapa ia ingin sehat. Di saat orang sakit baru ia menyadari akan kebutuhan dan keinginannya akan kesehatan.
Pepatah mengatakan bahwa dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Di sini mau dikatakan bahwa kesehatan jiwa dapat berawal dari kesehatan badan. Oleh karena itu, orang harus memelihara, menjaga dan mengolah badannya dengan baik sehingga ia mendapatkan kesehatan. Dengan demikian jiwanya pun pasti sehat.
Tulisan berikut ini mencoba memberikan sedikit gambaran bagaimana mengolah badan menjadi sehat. Lebih lanjut tentangnya dapat dibaca di sini: Budak Bangka: Menjaga Daya Tahan Tubuh

Sunday, 27 November 2016

MEMBACA PESAN TERSEMBUNYI DI BALIK SAFARI POLITIK JOKOWI

Dalam waktu kurang lebih satu bulan ini Presiden Joko Widodo sangat gencar mengadakan kunjungan ke beberapa pihak. Safari politik ini dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sebelum dan sesudah 4 November. Sebelum 4 November, ada kunjungan ke tempat mantan rivalnya saat pilpres 2014 lalu, Prabowo Subianto, dan mengundang dua ormas islam terbesar (NU dan Muhammadyah) dan Majelis Ulama Indonesia ke istana. Sesudah 4 November, Jokowi berkunjung ke markas komando pasukan khusus (Kopassus) di Cijantung, dan markas Brimob di Kelapa Dua, ke kantor pusat Muhammadyah dan PBNU. Tidak hanya itu, dalam satu dua hari, Jokowi menerima ketua-ketua partai politik di istana, di mana salah satunya adalah Prabowo.
Semua safari politik ini dilakukan di tengah ramainya masalah penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaya Purnama, atau biasa disapa Ahok. Tidak dibutuhkan keahlian khusus untuk menemukan kaitan antara safari politik dengan kasus yang menimpa calon Gubernur DKI itu. Seorang awam sekalipun dapat melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Jokowi itu adalah untuk membantu �menyelesaikan� masalah Ahok.
Dalam setiap kunjungannya pesan yang disampaikan Jokowi adalah kepentingan bangsa Indonesia. Baik di hadapan tokoh politik, militer maupun tokoh agama (islam), Jokowi berbicara soal NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai realitas bangsa ini. Terlihat jelas bahwa Jokowi berharap untuk mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan kelompok. Ada semacam ketakutan kalau kepentingan kelompok ini mengancam empat pilar bangsa.
Untuk orang awam yang melek politik, membaca berita safari politik, yang dikaitkan dengan aksi umat islam menentang Ahok atas penistaan agama, pesan-pesan politik yang disampaikan Presiden Jokowi itu sangat jelas. Ada ancaman terhadap empat pilar bangsa. Siapa yang mengancam?
Tak bisa dipungkiri, pihak yang dapat dikatakan sebagai ancaman bagi keutuhan bangsa adalah umat islam. Ingat, safari politik Jokowi dikaitkan juga dengan aksi umat islam menentang Ahok. Aksi umat islam, yang mengecam tindakan Ahok menistakan Al Quran, memang merupakan wujud konkret umat islam membela agama islam. Al Quran sendiri, setidaknya dalam empat surah, sudah menyatakan bahwa umat islam harus membela agama islam.
Adalah hak setiap umat islam untuk membela agamanya; apalagi membela agama sudah merupakan perintah dari Allah. Jadi, sebenarnya tidak ada masalah dengan hal itu. Tapi, kenapa aksi membela agama menjadi ancaman bagi kepentingan bangsa? Sangat terlihat jelas dalam pembelaan agama itu aksi memaksakan kehendak. Umat islam hanya memperhatikan masalahnya sendiri, tanpa mau mengedepankan kepentingan bersama.
Sebenarnya Ahok sudah mengeluarkan permintaan maaf kepada umat islam. Ahok juga mengatakan bahwa tidak ada niat untuk menghina islam. Orang waras pun pasti mendukung pernyataan Ahok ini. Bagaimana mungkin dia mau menghina islam, sementara wakilnya, para pendukungnya dan kelompok Teman Ahok banyak beragama islam. Selain itu, banyak kebijakan Ahok, selama jadi gubernur, yang pro islam. Dan jika dilihat pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu, yang menjadi biang persoalan, tidak ada kata-kata yang menghina Al Quran.
Jadi, di balik safari politiknya sangat jelas Jokowi berpesan agar warga menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pesan ini dipetegas kembali oleh sekitar 97.000 warga sipil dalam parade Bhinneka Tunggal Ika, yang digelar Sabtu (19/11) di Bundaran Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta. Aksi serupa juga dilakukan oleh warga yang tergabung dalam Aliansi Kebangsaan Jawa Timur di depan Gedung Negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo pada hari yang sama. Kedua aksi ini mau menekankan bahwa Pancasila adalah jiwa rakyat Indonesia, NKRI adalah rumahnya dan Bhinneka Tunggal Ika adalah pergaulannya.
Sudah tentu warga yang dimaksud Jokowi di atas lebih ditekankan pada warga islam, karena merekalah yang �punya� hajatan. Kepentingan mereka sedang �diganggu�, sehingga mereka terpanggil untuk membelanya. Dan dalam membela inilah terlihat sedikit masalah. Umat islam seakan memaksakan kehendak, sekalipun masalah kepentingan mereka sudah diproses hukum. Dari sini orang bertanya, kenapa umat islam begitu ngotot mempersalahkan Ahok, sekalipun banyak pihak juga mengatakan tidak salah. Ada yang menilai bahwa ada kepentingan politik dan uang di balik itu.
Semua hal tersebut terlihat jelas dalam kacamata siapapun. Akan tetapi, sebenarnya ada pesan tersembunyi di balik safari politik Jokowi. Banyak orang melihat bahwa ada permainan politik dalam aksi demo umat islam. Target politiknya adalah Ahok dan Jokowi. Dan dalam permainan politik itu ada juga uang. Uang inilah yang menggerakkan permainan politik tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa uang telah memainkan umat islam masuk dalam permainan politik segelintir elite politik untuk mencapai tujuan politiknya.
Lewat safari politiknya, Jokowi sebenarnya mau mengajak tokoh-tokoh islam dan umat islam untuk memperlihatkan kemuliaan islam. Agama islam adalah agama yang mulia. Dalam konteks situasi sekarang, kemuliaan islam dapat terlihat dari beberapa hal seperti, pertama memaafkan Ahok secara tulus dan ikhlas. Di sini umat islam hendak disadari bahwa Ahok sama sekali tidak punya niat untuk menghina Al Quran. Di samping itu, umat islam juga perlu menyadari bahwa agama islam sendiri sudah melakukan penghinaan kepada agama lain, khususnya kristen. Dengan memaafkan Ahok, berarti mereka melupakan masalah Ahok, sebagaimana yang dilakukan oleh umat kristen.
Tentang memaafkan ini sebenarnya pernah ditunjukkan oleh MUI ketika Ahmad Dhani melakukan penistaan agama dengan menginjak-injak lafahz Allah. Peristiwa itu terjadi pada 10 April 2005. Waktu itu FPI sudah berencana memperkarakan Ahmad Dhani ke polisi. Akan tetapi, MUI, bukannya mengeluarkan fatwa penistaan agama, melainkan justru mengislahkan Ahmad Dhani dengan FPI. Di sini MUI memperlihatkan kemuliaan agama islam. Nah, kenapa sekarang tidak?
Kedua, berjuang untuk Indonesia demi terwujudnya rahmatan lil alamin. Inilah wajah mulia islam. Akan tetapi, beberapa hari terakhir ini wajah islam yang tampil adalah wajah menakutkan. Ada pemaksaan kehendak. Mulai dari aksi bela islam jilid satu, dua dan rencananya menyusul jilid tiga. Memang dikatakan aksi damai, bahkan Habib Rizieq menyatakan bahwa aksi bela islam jilid tiga adalah aksi super damai. Namun, dalam setiap aksi itu ada semacam pemaksaan kehendak. Hal inilah yang menakutkan. Belum lagi muncul isu maker. Jelas, semua ini akan merusak citra kemuliaan islam. Tapi, kenapa umat bungkam?
Ketiga, bebas dari kepentingan. Agama merupakan tuntunan bagi manusia yang berasal dari Tuhan, bukan manusia. karena itu, ia tidak mudah dikendalikan untuk mewujudkan kepentingan sekelompok orang, karena patokan agama adalah perintah Allah. Namun yang terjadi saat ini, jika memang benar adanya, seakan bahwa agama islam diperalat untuk mencapai tujuan segelintir elite politik. Denny Siregar, dalam akun facebook-nya tertanggal 14 November 2016 pukul 22.06, pernah berkata, �Tidakkah kalian sadar bahwa agama kalian hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik mereka yang menamakan dirinya ULAMA?�
Hal ini sungguh merendahkan agama islam. Dengan uang yang ada, umat islam dikumpulkan. Memang tujuannya membela agama islam, sesuai dengan ajaran Al Quran. Akan tetapi, di balik itu hanyalah tujuan politik segelintir elite politik, dan efeknya adalah keindonesiaan. Safari politik seakan mau berpesan bahwa jika terjadi kehancuran pada bangsa Indonesia ini pastilah tudingannya terarah pada umat islam.
Demikianlah, setidaknya tiga pesan tersembunyi dari aksi safari politik Jokowi. Pada intinya Jokowi hendak mengangkat harkat dan kemuliaan agama islam. Jokowi mau membela agama islam sebagai agama mulia, yang saat ini sedang dirongrong kemuliaannya. Ironisnya, yang merongrong kemuliaan agama islam justru umat islam sendiri.
Semoga umat islam, baik para ulama, MUI dan umat islam lainnya, segera menyadari hal ini.
Koba, 26 November 2016
by: adrian
Baca juga tulisan lainnya:

Friday, 25 November 2016

EKSTREMIS ISLAM ANCAM KEBEBASAN BERAGAMA

Ekstremis islam mengancam kebebasan beragama di seluruh dunia, terutama di negara-negara Barat, Timur Tengah, dan Afrika. Demikian laporan yang dirilis oleh sebuah yayasan Vatikan (Aid to the Church in Need), yang memberikan bantuan kepada orang-orang di daerah konflik. Laporan ini mengatakan �kekerasan bermotif agama� telah menimbulkan serangan di satu dari lima negara di seluruh dunia dalam dua tahun terakhir.
Laporan itu, yang dirilis secara bersamaan di Vatikan dan Filipina pada 15 November, mengatakan bahwa �tujuan utama ekstremis islam adalah menghilangkan komunitas agama lain.� Dari 196 negara, 38 menunjukkan �bukti pelanggaran kebebasan beragama yang signifikan.�
Studi ini menunjukkan bahwa kebebasan beragama memburuk di 11 dari 23 negara, yang dikategorikan sebagai �negara-negara penganiaya�, termasuk Banglades, Tiongkok, Indonesia dan Pakistan. Setidaknya tujuh negara � Afganistan, Irak, Nigeria, Korea Utara, Arab Saudi, Somalia dan Suriah � yang digambarkan sebagai �terburuk�.
Laporan ini menggambarkan ancaman ekstremisme sebagai �mematikan dengan niat genosida.� Serangan mereka termasuk �pembunuhan massal, pemerkosaan, penyiksaan ekstrem, seperti membakar orang hidup-hidup, penyaliban, dan melemparkan orang dari gedung-gedung tinggi.�
Laporan itu mengatakan bahwa ekstremisme �jelas berkembang dengan baik� dan ada bukti �penyebaran ideologi militan� di negara-negara dengan gerakan ekstremis seperti Banglades, Nigeria, Filipina, Indonesia, dan Pakistan.
Krisis Pengungsi
Kebangkitan kekerasan ekstremis menciptakan peningkatan mendadak jumlah pengungsi. Pada akhir 2015 PBB memperkirakan sekitar 65,3 juta pengungsi mengungsi di seluruh dunia. Ini rekor tertinggi. �Banyak orang melarikan diri terutama akibat penganiayaan agama,� kata laporan itu. Ekstremisme telah menyebabkan �rezim kecenderungan diktator� untuk menerapkan kontrol ketat atas kebebasan beragama, mempengaruhi tidak hanya umat islam, tetapi juga orang dari agama lain.
Laporan itu mengatakan bahwa di Tiongkok, dimana lebih dari 2.000 gereja dan salib telah dihancurkan, kebijakan �sinisisasi� telah menyebabkan penahanan para pemimpin agama. Korea Utara puncak daftar global pelanggar kebebasan beragama dengan �penolakan hak untuk kebebasan berpikir, beragama dan hati nurani.�
Tanda-tanda Harapan
Namun laporan itu mengatakan bahwa meskipun peningkatan intoleransi berbasis agama, pemimpin agama global telah mulai melakukan dialog dan memberikan pemahaman.
Pada bulan Mei lalu, Paus Fransiskus bertemu dengan Ahmed el-Tayeb, Imam Besar Islam Sunni. �Pertemuan bersejarah itu,� berlangsung 30 menit, dating pada waktu serangan ekstremis meningkat terhadap orang Kristen. Dalam konferensi di Maroko pada Januari, Cendekiawan Muslim dari lebih 120 negara mendesak negara-negara muslim �melindungi minoritas non-muslim dari penganiayaan.�
Laporan itu mengatakan bahwa sebuah �sinar harapan� harus diakui adalah �kesediaan beberapa pemimpin islam untuk meningkatkan respon terkoordinasi.� Pastor Martin Berta, asisten Aid to the Church in Need, kepada wartawan di Manila mengatakan bahwa membantu orang Kristen yang dianiaya dan menderita adalah prioritas utama� yayasan ini.
Dia mengatakan laporan itu bertujuan  untuk mendesak rezim untuk menegakkan kebebasan beragama dan hak untuk kehidupan manusia. �Sudah saatnya mengakhiri kekerasan agama dan belajar merangkul satu sama lain terlepas dari iman, ras dan budaya,� kata imam itu.
diolah dari UCAN Indonesia
Baca juga tulisan lainnya:
Tinjauan Buku: Sejarah Teror

Thursday, 24 November 2016

KUDA LUMPING: Sebuah Cerpen

Ada banyak peristiwa dan kejadian dalam kehidupan kita. Namun sedikit sekali dari kita yang mau mencernanya. Mungkin karena kejadian yang terjadi terbilang sangat sederhana dan biasa saja. Hal ini membuat kebanyakan kita menganggapnya bak angin lalu. Padahal di balik semua peristiwa sederhana dan biasa itu terkandung sejuta makna dan pesan buat kita.
Cerpen ini dibuka dengan pernyataan, �Tak disangka kalau acara kuda lumping yang dibawakan oleh anak-anak tingkat tiga akan membawa diskusi yang menjurus pada perdebatan banyak kalangan.� Terbersit bahwa acara tersebut hanyalah acara biasa saja. Akan tetapi ia mampu menarik banyak orang masuk ke dalam perdebatan. Ada banyak topik yang dapat dijadikan bahan diskusi. Pesan dan makna yang terkandung di dalamnya pun tak terbilang.
Cerpen ini mencoba membuka mata kita untuk tidak menyepelekan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kita. Kita diajak untuk peduli terhadapnya. Diramu dengan bahasa yang sederhana dan alur yang ringan membuat cerpen ini enak dibaca oleh siapa saja dari kalangan mana pun. Lebih lanjut mengenai cerpen ini, silahkan baca sendiri di sini: Budak Bangka: (C E R P E N) Kuda Lumping

Wednesday, 23 November 2016

Bahaya Kopi bagi Lambung

NGOPI BERLEBIHAN PICU PERADANGAN LAMBUNG
Bagi sebagian orang, menjalani hari belum lengkap tanpa ngopi. Kopi dipercaya membuat tubuh lebih segar dan bertenaga untuk membantu menjalani hari. Namun, kopi juga memiliki efek yang mengganggu sistem cerna bagian atas sehingga konsumsinya perlu dibatasi.
Dokter ahli gastroenterologi dari FKUI/RSCM Marcellus Simadibrata menjelaskan, kopi sebenarnya memberikan efek yang baik untuk tubuh, tetapi ada pula efek yang tidak baik untuk mencernaan. Itulah kenapa, kopi tidak baik bagi mereka yang sudah mengalami gangguan pencernaan.
"Penelitian menunjukkan, kopi bisa meningkatkan produksi asam dan gangguan motilitas pada lambung," kata dia di sela-sela Natural Wellness Symposium SOHO Global Health di Makassar, Sabtu (14/6/2014).
Karena memiliki efek demikian, konsumsi kopi yang berlebihan akan meningkatkan risiko sakit maag hingga gastro esophageal reflux disease (GERD). Bahkan, bagi orang yang sudah mengalami penyakit tersebut, konsumsi kopi bisa memicu timbulnya gejala bahkan memperparah tingkat kesakitannya.
Peningkatan asam lambung akan menambah aktif "penyerangan" pada dinding lambung yang memang sudah melemah saat sudah memiliki maag. Akibatnya peradangan pada dinding lambung lebih mungkin terjadi. Peradangan lambung yang terjadi secara terus menerus bahkan bisa memicu kanker lambung.
Begitu pula pada penyakit GERD yang disebabkan rusaknya klep antara lambung dan kerongkongan. Jika kadarnya meningkat, maka kemungkinan naiknya asam lambung ke kerongkongan pun akan semakin besar. Naiknya asam lambung ini akan mengakibatkan rasa panas di dada hingga rasa pahit di lidah.
Meski begitu, Marcellus menegaskan, bagi orang tanpa penyakit pencernaan, konsumsi kopi sah-sah saja dilakukan. "Konsumsi kopi sudah terbukti bisa memperpanjang umur karena mengandung antioksidan yang baik untuk tubuh, tetapi orang dengan penyakit pencernaan sebaiknya jangan," ungkapnya.
Untuk memberikan manfaat kesehatan yang optimal, banyak penelitian menyimpulkan untuk tidak mengonsumsi kopi lebih dari empat cangkir sehari. Untuk menghindari nyeri pada lambung, para pakar juga menyarankan untuk tidak minum kopi dalam keadaan perut kosong
Baca juga:

Tuesday, 22 November 2016

KESALEHAN EKOLOGIS DAN LAUDATO SI�

Masalah pemanasan global dan kerusakan lingkungan sudah menjadi keprihatinan dunia. Seruan-seruan untuk menyelamatkan bumi sudah dikumandangkan. Agenda-agenda pertemuan penyelamatan bumi, baik skala regional, nasional maupun internasional kerap diselenggarakan.
Gereja Katolik tak mau ketinggalan. Kepedulian terhadap lingkungan hidup, dalam Gereja Katolik, sebenarnya sudah lama disuarakan. Setidaknya orang sudah mengenal nama Santo Fransiskus Asisi. Terinspirasi oleh tokoh Asisi inilah, akhirnya Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik Laudato si�.  Dalam ensiklik itu, dengan tegas Paus Fransiskus mengatakan bahwa menghayati panggilan untuk melindungi Allah adalah bagian penting dari kehidupan saleh.
Tulisan berikut ini mencoba memaparkan kaitan antara kesalehan hidup dengan ensiklik Laudato Si�. Lebih lanjut tentangnya dapat dibaca di sini: Budak Bangka: KESALEHAN EKOLOGIS DAN LAUDATO SI�

Monday, 21 November 2016

KETIKA AHOK MENGANDALKAN KEKUATANNYA SENDIRI

Basuki Tjahaya Purnama, atau yang biasa disapa Ahok, adalah tokoh fenomenal dan karakteristik. Sebagai seorang Kristen, Ahok sudah mendobrak dominasi dan hegemoni islam di negeri ini. Tahun 2003 Ahok mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur, dan dia menang. Padahal wilayah Belitung Timur atau Belitung pada umumnya adalah wilayah islam. Daerah ini adalah daerah melayu, dimana melayu selalu dikonotasikan dengan islam.
Tahun 2007 Ahok maju dalam Pilkada Gubernur Bangka Belitung. Sama seperti daerah Belitung, Bangka juga merupakan daerah melayu. Sudah bisa dipastikan mayoritas pemilih adalah umat islam. Namun Ahok berani melawan hegemoni islam tersebut. Sayang, dalam pilkada ini Ahok gagal. Ada banyak pro kontra soal kekalahannya itu. Saya tak mau masuk dalam perdebatan itu.
Gagal di Bangka Belitung, Ahok mencoba peruntungan di Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 berpasangan dengan Joko Widodo. Saat itu Ahok sebagai calon Wakil Gubernur. Di Jakarta pun, jumlah pemilih islam sangat banyak. Dan karena Ahok, Jokowi pun keciprat isu sebagai orang Kristen dan keturunan China. Sangat jelas, lawan terbesar bagi pasangan Jokowi dan Ahok ini adalah islam. Namun keduanya berhasil memenangkan pertempuran itu.
Ketika maju dalam pertempuran pilkada, baik di Belitung Timur, Bangka Belitung maupun Jakarta, Ahok mendapat serangan dari umat islam. Dalam setiap pertempuran itu, umat islam selalu memakai senjata utamanya, yaitu Al Quran. Amunisi senjata ini adalah soal larangan bagi umat islam memilih orang kafir menjadi pemimpin (QS Ali Imran: 28, QS An Nisaa: 144, Al Maidah: 51 dan 57). Kekafiran itu karena Ahok adalah orang Kristen. Surah Al Maidah ayat 72 dan 73 dengan jelas mengatakan bahwa orang Kristen, karena imannya akan Yesus sebagai Allah dan iman akan Tritunggal Mahakudus, adalah kafir.
Sepertinya hanya islam yang mempunyai senjata seperti ini dalam dunia demokrasi, dimana masyarakatnya majemuk. Kemajemukan memang diakui, namun diwajibkan untuk tunduk kepada mayoritas, bukan kepada kepentingan umum.
Sekalipun mendapat serangan, Ahok tidak tinggal diam. Ahok melawan. Dia berjuang mematahkan dominasi dan hegemoni islam di negeri ini. Dasar tindakan Ahok adalah bahwa negeri ini adalah negara hukum, bukan negara agama. Di mata hukum, setiap warga, apapun suku dan agamanya, kecuali sudah dilarang oleh hukum, mempunyai hak untuk menjadi pemimpin, baik di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan presiden. Ada banyak produk hukum yang menjamin hal tersebut.
Akan tetapi, Ahok sadar bahwa perjuangan melawan hegemoni dan dominasi islam, sekalipun didukung seperangkat undang-undang, tidaklah mudah. Patut diakui bahwa ada banyak umat islam, sekalipun sudah bergelar sarjana dan sadar akan kemajemukan bangsa Indonesia, lebih memilih kepentingan agama kelompoknya saja, yaitu islam. Mereka bukannya mendahulukan kepentingan bangsa, tetapi islam. Karena itu, mereka lebih memilih senjata Al Quran untuk melawan calon-calon pemimpin kafir.
Sadar akan kesulitan ini, Ahok tidak hanya mengandalkan senjata undang-undang, melainkan juga senjata Kristus, yaitu kasih dan bonum commune. Melawan serangan-serangan dari umat islam tersebut, Ahok membalasnya dengan kasih: �kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah kepada orang yang mencaci kamu�, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.� (Lukas 6: 27 � 28). Jadi, ketika dikatai kafir, Ahok diam saja. Tak pernah terdengar Ahok melawan dengan membalas cacian orang-orang itu. Ahok tetap diam. Dan dalam diamnya Ahok mendoakan mereka dan terus berbuat baik bagi siapa saja, termasuk mereka yang mencacinya.
Ahok pernah berkata, �Gue gak peduli dikatain kafir. Yang penting rakyat gue ga ditindas sama orang yang ngaku-ngaku beragama.� Ini menjadi sikap hidup Ahok. Ketika dicaci maki, Ahok tidak peduli. Tapi ketika ada orang ditindas oleh orang yang mengaku beragama, Ahok akan melawan. Sikap ini mirip seperti Yesus ketika Dia membersihkan Bait Allah (Yohanes 2: 13 � 22).
Ahok sadar akan resiko yang diambilnya, bahkan resiko terburuk sekalipun. Dia siap untuk mati demi tegaknya kebenaran, keadilan dan kesejahteraan hidup manusia (semua ini dalam bahasa kristiani dikenal dengan istilah Kerajaan Allah). Karena itu, Ahok pernah berkata bahwa jika ia mati demi Kerajaan Allah, dia minta dikuburkan di Belitung Timur dan di nisannya dituliskan �Bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.� (Filipi 1: 21). Sungguh, Ahok tampil sebagai seorang Kristen sejati.
Namun patut disayangan apa yang terjadi di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016 lalu. Dalam kunjungan dinasnya, Ahok keselip lidah dalam pidatonya, yang akhirnya menimbulkan gelora membara. Dalam pidatonya, Ahok berkata, �Jadi, jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak pilih saya. Dibohongin pakai surat al Maaidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu.� Dalam pernyataannya itu, oleh Majelis Ulama Indonesia, Ahok difatwakan telah melakukan penistaan agama dan ulama. Ahok menyatakan bahwa tidak ada niat untuk menistakan agama islam dan ulama. Ahok sudah menjelaskan maksud dari pernyataannya itu, dan penjelasan Ahok tak jauh beda dengan penjelasan beberapa tokoh islam moderat. Bahkan Nusron Wahid menegaskan bahwa tak satu pun kalimat Ahok menistakan Al Quran. Menurut Nusron Ahok justru memberikan edukasi kepada rakyat agar memilih dengan cerdas (lihat Berita Satu)
Bagaimana melihat peristiwa di Kepulauan Seribu ini? Pada peristiwa ini, saya melihat Ahok berusaha tampil dengan mengandalkan kekuatan manusiawinya. Mungkin Ahok sudah merasakan aroma kemenangan, sehingga ia sejenak menanggalkan senjata Kristus-nya. Ahok tampil sebagai manusia umumnya, yang membalas serangan orang lain. Kenapa saya kata demikian?
Ahok sudah tahu bahwa salah satu amunisi umat islam untuk menyerang dia adalah surah Al Maidah 51. Ahok tahu bahwa masih ada banyak umat islam menjadikan surah tersebut sebagai amunisi untuk menyerang calon pemimpin kafir, meski tak sedikit juga umat islam sudah tak memakai surah tersebut untuk melawan calon pemimpin kafir. Pada kesempatan itu, Ahok seakan menggunakan amunisi tersebut untuk menyerang balik lawan-lawannya.
Sepertinya Ahok langsung menyadari kesalahannya. Karena itu, pada 10 Oktober, bertepatan dengan Hari Pahlawan, Ahok menunjukkan sikap ksatria dengan meminta maaf kepada semua umat islam atau pun orang yang merasa tersinggung (tentulah maksudnya, orang yang selalu menjadikan surah Al Maidah ayat 51 sebagai amunisi untuk menyerang calon pemimpin kafir). Dalam permintaan maaf itu, Ahok sekali lagi menegaskan tidak ada maksudnya melecehkan agama islam ataupun Al Quran.
Sadar lawannya sudah lemah, umat islam semakin gencar menyerang Ahok. Mereka seakan tak puas dengan permintaan maaf Ahok, atau mungkin tidak punya tradisi memaafkan. Aksi demo, yang diwarnai dengan hojatan mewarnai serangan terhadap Ahok. Semua aksi itu dilakukan hanya untuk kepentingan umat islam semata, bukan demi kepentingan bersama, yaitu kesatuan dan keragaman bangsa Indonesia.
Menghadapi serangan ini, Ahok kembali menjadi orang Kristen. Dia tidak melawan atau membalas. Dia memilih diam. Dan dalam diam dia mendoakan mereka yang menghojat dan menyerang dirinya. Ahok tidak sendirian. Umat Kristen Indonesia juga ada bersama dia, karena jika dilihat dengan jujur, serangan yang terjadi bukan hanya kena pada diri Ahok, melainkan umat Kristen. Hojatan kafir, bukan hanya tertuju pada pribadi Ahok in se, melainan kena juga pada semua orang Kristen. Karena itu, banyak umat kristiani mendoakan para penghojat tersebut.
Selain mendoakan para penghojat, umat kristiani Indonesia, baik yang katolik maupun protestan, juga mendoakan Ahok supaya dia kuat menghadapi serangan ini. Banyak umat kristiani berharap agar Ahok bisa tampil sebagai orang Kristen untuk bisa membuka mata picik orang-orang yang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri. Patut disadari bahwa bangsa Indonesia, dengan kemajemukannya, tidak akan bisa maju jika dikendalikan orang picik yang hanya melihat persoalan dari sudut pandangnya sendiri. Untuk itulah, Ahok perlu membuka mata picik mereka.
Koba, 21 November 2016
by: adrian
Baca juga tulisan lainnya:

Pernikahan Dini & KDRT

Menikah adalah hak setiap manusia. Ada orang yang menggunakan hak tersebut, tapi ada juga yang tidak memakainya. Para imam, biarawan dan biarawati adalah contohnya.
Sekalipun merupakan hak setiap individu, bukan lantas berarti setiap orang, yang mau menggunakan haknya itu, dapat begitu saja menikah. Hak menikah memiliki batasan. Tiap negara mempunyai kebijakan tersendiri terkait dengan batasan itu. Untuk Negara Indonesia, setidaknya ada dua batasan hak menikah, yaitu usia dan jenisnya.
Terkait dengan usia, pemerintah memberi batasan usia menikah bagi pria dan wanita. Dalam UU no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 7 dikatakan bahwa usia pernikahan untuk pria adalah 19 tahun, sedangkan wanita 16 tahun.
Masih banyak elemen masyarakat melihat bahwa ketentuan usia dari pemerintah itu masih terbilang rendah. Banyak orang menilai batasan tersebut masih masuk dalam kategori pernikahan dini. Bagi mereka pernikahan dini memiliki banyak resiko. Tulisan berikut ini memberikan gambaran dampak buruk pernikahan dini. Lebih lanjut silahkan baca di sini: Budak Bangka: Pernikahan Dini & KDRT

Saturday, 19 November 2016

PENISTAAN AGAMA DAN PESAN LAKUM DIINUKUM WALIYA DIIN

Satu bulan terakhir ini berita soal penistaan agama, yang tokoh utamanya adalah Basuki Tjahaya Purnama, alias Ahok, sungguh menjadi topik pembicaraan hangat di negeri kita. Topik ini malah menutupi hangatnya berita lainnya dari belahan dunia lain, yaitu kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Penistaan agama, yang dilakukan oleh Ahok saat kunjungan dinasnya di Kepuluan Seribu, dibingkai oleh fatwa MUI, demo umat islam, safari Presiden Jokowi, aksi saling lapor antara HMI dan Partai Demokrat terkait rusuh demo damai, dan penetapan Ahok sebagai tersangka.
Terkait dengan pernyataan Ahok di hadapan warga Kepulauan Seribu tersebut, Majelis Ulama Indonesia menjatuhi fatwa bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama dan ulama. Fatwa ini menjadi salah satu legitimasi untuk umat islam melakukan aksi unjuk rasa. Beberapa ormas islam bahkan menyatakan siap mengawal fatwa ini, pasca penetapan Ahok sebagai tersangka.
Ada dua hal yang perlu disoroti dari fatwa itu. Pertama, penistaan ulama. Terus terang saya bingung pada titik mana Ahok telah melakukan penistaan ulama. Apakah tafsiran bahwa Ahok menyatakan kalau ulama telah melakukan pembohongan dengan memakai Surat al-Maidah ayat 51? Jika memang demikian, ada banyak pernyataan serupa, tapi kenapa tidak dipersoalkan. Sebagai satu contoh, sekitar tahun 2002, dalam bukunya The Corruption of Moslem Minds, DR Nader Pourhassan dengan tegas mengatakan bahwa selama ini ulama telah melakukan pembohongan kepada umat muslim. Namun tak ada satu otoritas islam di dunia ini yang menghakimi dia.
Pada satu titik, pernyataan Denny Siregar, dalam akun facebook-nya tertanggal 14 November 2016 pukul 22.06, juga bisa dinilai melecehkan ulama. Denny menulis, �Tidakkah kalian sadar bahwa agama kalian hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik mereka yang menamakan dirinya ULAMA?� Tetapi, kenapa MUI tidak merasa tersinggung dan mengeluarkan fatwa?
Sangat menarik juga kalau kita menyimak komentar Anggun C. Sasmi di akun twitter-nya. �Banyak yang bersuara atas �dugaan penistaan agama�. Tapi tak banyak suara atas �aksi terror yang membunuh atas nama agama�. Kenapa kemunafikan dibina?� Sungguh satu pernyataan anggun. Dibutuhkan kebesaran jiwa untuk bisa membaca dan menerimanya. Satu pertanyaan dasar: siapa yang telah membina kemunafikan itu?
Patut diduga, semua itu karena Ahok. Target utamanya bisa saja bukan mau menegakkan wibawa ulama, melainkan untuk menjatuhkan Ahok. Dapatlah dikatakan bahwa kebencian terhadap Ahok membuat orang lupa akan kebaikan dan kepentingan umum yang lebih besar.
Kedua, soal penistaan agama. Akar dari persoalan ini adalah pernyataan Ahok, yang bisa dimengerti dengan bahwa surat al-Maidah ayat 51 telah melakukan pembohongan. Karena surat itu merupakan bagian dari Al Quran, maka dapat dikatakan juga bahwa Al Quran melakukan penipuan. Padahal Al Quran adalah pedoman hidup umat muslim. Hal inilah yang membuat umat islam meradang. Maka mereka menerjang nalar dan kuasa penghalang.
Dahsyatnya terjangan dan ancaman yang akan menyertainya membuat Polri �terpaksa� menetapkan Ahok sebagai tersangka. Penetapan ini tentulah sedikit membawa angin segar bagi umat islam. Akan tetapi, syahwat dan nafsu mereka bukan semata menjadikan Ahok tersangka atau bersalah, melainkan membinasakannya. Karena itu, selang beberapa hari pasca penetapan itu, ormas-ormas islam sepakat untuk mengawal proses hukum Ahok. Tidak hanya itu, ada orang melaporkan Ahok untuk kasus lain.
Kita tidak membahas soal Ahok atau status tersangkanya. Fokus kita adalah penistaan agama. Kesalahan Ahok hanyalah keselip lidah. Tentulah publik sudah tahu gaya bicara Ahok yang suka ceplas ceplos. Namun keceplosan ini memiliki dampak yang luar biasa. Dia dihojat, dicaci-maki, didemo dan akhirnya dijadikan tersangka. Ahok harus menjalani proses hukum atas keceplosannya.
Soal penistaan agama ini sebenarnya tidak hanya dialami oleh umat islam saja, melainkan umat agama lainnya. Agama Kristen, misalnya, seringkali pengalami penistaan oleh beberapa tokoh islam. Ada yang mengatakan bahwa Alkitab sekarang ini palsu. Dengan kata lain, orang Kristen selama ini sudah dibohongi oleh Alkitab yang selalu dibacanya saat ini. Perkataan tokoh itu didasarkan pada QS Ali Imran ayat 78. Terkait dengan Alkitab yang palsu ini, ada juga tokoh yang mengatakan bahwa orang Kristen telah dibodohi oleh kitab sucinya terkait dengan kematian Yesus. Karena Alkitab mengatakan bahwa Yesus mati di kayu salib, padahal mereka bilang yang mati itu adalah orang yang menyerupai Yesus. Perkataan tokoh ini didasarkan pada QS an Nisaa: 157.
Dan masih banyak penistaan dan penghinaan lainnya yang dialami oleh orang Kristen. Akan tetapi, tak pernah terdengar orang Kristen marah, demo dan menuntut orang yang menista dan menghina tersebut. Orang Kristen sadar bahwa tindakan emosional hanya justru mendatangkan keburukan bagi kehidupan manusia. Maklum, karena tuntutan itu tidak hanya sebatas pada pelakunya saja, melainkan juga otak dari penistaan itu; dan ini tentu akan melahirkan �perang� tak berkesudahan.
Selain itu, aksi diam orang Kristen didasarkan pada ajaran Tuhannya, yaitu kasih. Yesus mengajak para murid-Nya untuk mengampuni (Lukas 23: 34), mengasihi (Lukas 6: 27; Matius 5: 44), serta mendoakan dan memberkati (Lukas 6: 28; 1Kor 4: 12; 1Petrus 3: 9) mereka yang menghina, mencaci maki, menganiaya dan membenci mereka. Kontras dengan umat islam. Tuhan meminta umat islam untuk membela agamanya ketika diserang atau dihina. Hal ini didasarkan pada QS Muhammad: 7, QS al Hajj: 40, QS al Hadid: 25 dan QS an Nisaa 95. Maka, ketika ada penistaan agama, yang dilakukan Ahok, sontak ratusan ribu umat islam membanjiri jalanan ibukota. Tentu ada beberapa tokoh islam menolak tafsiran atas surah tersebut untuk dijadikan dasar aksi demo tersebut.
Jadi, sekalipun sama-sama mengalami penistaan agama, namun sikap yang ditampilkan berbeda. Yang satu diam, yang lain marah. Perbedaan ini didasari pada ajaran agamanya.
Mungkin ada yang berkata aksi diam orang Kristen karena mereka minoritas. Apakah benar demikian? Tentu saja tidak. Sebagai contoh, Inggris, sekalipun bukan merupakan negara agama, adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama kristen. Umat islam adalah minoritas. Tahun 2007 Louay Fatoohi, seorang mualaf, menulis buku dengan judul The Mystery of the Historical Jesus, yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh penerbit Mizan. Sekalipun isi buku itu penuh dengan kebohongan dan penghinaan terhadap agama Kristen, tidak ada aksi protes dan aksi bakar buku, tidak seperti di Indonesia (13 Juli 2014 Gramedia, disaksikan oleh MUI, membakar buku �5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia� atas desakan umat islam).
Masih banyak contoh lain lagi di negara-negara yang penduduknya mayoritas kristen. Mereka tidak marah, apalagi demo menunjukkan kekuatan dan keganasan. Ini memperlihatkan bahwa bukan soal mayoritas-minoritas, melainkan ajaran yang mengedepankan kepentingan umum. Bagi umat kristen, soal keyakinan itu adalah urusan masing-masing umat. Umat Kristen menghargai keyakinan umat islam bahwa yang mati di kayu salib itu adalah orang yang menyerupai Yesus, tapi orang Kristen juga tetap yakin bahwa yang mati itu adalah Yesus. Demikian pula soal Alkitab palsu. Tugas umat Kristen adalah mengampuni, mengasihi, berdoa dan memberkati.
Sebenarnya sikap orang Kristen ini ada diajarkan Tuhan dalam Al Quran. Tentulah umat islam sudah tidak asing lagi dengan kalimat: �Lakum diinukum waliya diin.� (QS al Kaafiruun: 6). Kalimat ini diterjemahkan, �Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.� Banyak tokoh islam menilai ayat ini dapat menjadi jembatan toleransi antar umat beragama. Menjadi pertanyaan, apakah umat islam lebih menekankan 4 surah untuk membela agama dan mengabaikan satu surah ini demi toleransi?
Toboali, 19 November 2016
by: adrian
Baca juga tulisan lain:

Ini Alasan Kenapa Memilih Gereja Katolik

Ada banyak Gereja Kristus. Umumnya orang membaginya menjadi 3, yaitu Gereja Katolik (biasa juga disebut Gereja Barat), Gereja Ortodoks (biasa disebut Gereja Timur) dan Gereja Protestan (biasa disebut Gereja Reformasi). Kalau Gereja Katolik itu hanya ada satu di seluruh dunia, Gereja Protestan masih terbagi lagi ke dalam beberapa aliran atau dedominasi.
Pada umumnya Gereja Protestan terbagi lagi menjadi 6 dedominasi, yaitu Anababtis, Anglikanisme, Calvinisme, Lutheranisme, Socinianisme dan Zwinglianisme. Ini belum termasuk gerakan Kebangunan Besar seperti Gereja Injili, Gereja Pentakosta dan Gereja Revivalisme, serta gerakan Restorasionisme seperti Gereja Advent, Saksi Yehova dan Mormonisme. Uraian tentang Gereja Protestanisme dapat dilihat di sini.
Tulisan ini mau memberikan gambaran alasan memilih Gereja Katolik. Lebih lanjut tentang uraiannya, silahkan baca di sini: Budak Bangka: Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik

Friday, 18 November 2016

DIALOG IMAGINATIF UMAT DENGAN TUHAN

Tulisan berikut ini menampilkan dialog imaginatif antara umat manusia (Kristen) dengan Tuhannya. Jadi, apa yang ditampilkan murni rekayasa semata. Akan tetapi, di dalamnya terkandung sejuta makna dan pesan yang mendalam. Tema dialognya adalah soal �penistaan agama�.
Umat  : Tuhan, ada orang menistakan agama kita.
Yesus: Menista gimana?
Umat : Orang itu bilang bahwa agama kita ini kafir karena percaya bahwa Engkau adalah Allah.
Yesus: Lalu?
Umat : Kami sangat marah. Kami tersinggung, karena kami dianggap sebagai orang kafir.
Yesus: Apa kalian merasa sebagai orang kafir?
Umat  : Tidak!
Yesus: Ya sudah. Tak perlu emosi-emosian. Biarkan mereka dengan kepercayaannya, dan kamu dengan kepercayaanmu.
Umat : Tapi, Tuhan�, orang itu juga menista Alkitab.
Yesus: Menista gimana?
Umat : Orang itu bilang kalau Alkitab sekarang sudah tidak asli lagi. Alkitab sekarang ini palsu. Misalnya, dia bilang bahwa yang mati di kayu salib itu bukan Engkau, tetapi orang yang menyerupai Engkau. Jadi, dengan kata lain, orang-orang Kristen, yang percaya Engkau mati di kayu salib, sudah ditipu oleh Alkitab sekarang ini.
Yesus: Lalu kenapa?
Umat : Ya kami tersinggung. Kan Alkitab itu adalah kitab suci dan pedoman hidup umat kristiani.
Yesus: Kalian merasa dibohongi Alkitab sekarang?
Umat : Tidak!
Yesus: Ya sudah. Kalau begitu, tak perlu demo-demo segala. Kalian tetap yakini Alkitab sekarang ini, dan biarkan orang itu tetap meyakini keyakinannya.
Umat : Tapi, Tuhan�.
Yesus: Ada apa lagi?
Umat : Dia juga menista Engkau. Orang itu telah menghina Engkau.
Yesus: Lalu?
Umat : Kami mau membela Engkau.
Yesus: Kan yang dihina itu Saya, bukan kalian. Yang dinista itu Saya, bukan kalian. Kenapa kalian yang sibuk?
Umat : Adalah tugas kami membela Engkau.
Yesus: Kalian tak perlu membela Aku. Juga tak perlu membela agama dan Alkitabmu. Kalian hanya perlu melaksanakan tugasmu di kala penghinaan dan penistaan menghadang.
Umat : Emang tugas kami apa?
Yesus: Mengampuni. Bukankah Aku ini Allah yang maharahim? Dulu aku pernah dihina, tapi Aku mengampuni mereka (Lukas 23: 34). Nah, Aku saja mau mengampuni mereka yang menghina Aku, kenapa kalian tidak?
         Tugas lain adalah mendoakan dan memberkati(Lukas 6: 28; 1Kor 4: 12; 1Petrus 3: 9). Kalian tidak boleh melakukan apa yang mereka lakukan terhadapmu. Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi lakukanlah apa yang baik bagi semua orang (Roma 12: 17).
Umat : Bukankah semua itu sama artinya kami harus mengasihi mereka? Ini berarti melaksanakan perintah-Mu, yaitu kasih.
Yesus: Betul! Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya, menghina dan membenci kamu (Matius 5: 44; Lukas 6: 27). Jadi, jikalau kalian tetap dalam firman-Ku, kalian benar-benar adalah murid-Ku (Yohanes 8: 31), yaitu jikalau kamu hidup dalam kasih (bdk. Yohanes 13: 35).
Umat : Baiklah Tuhan, kami tidak akan marah mereka yang telah menistakan agama, Alkitab dan bahkan Engkau. Kami akan mengampuni mereka, mendoakan dan memberkati mereka. Kami tetap mengasihi mereka.
Yesus: Itu baru murid-Ku.
Koba, 18 November 2016
by: adrian
Baca juga tulisan lain:

Cara Menyajikan Jus yang Baik dan Sehat

Tentulah kita sudah tidak asing lagi dengan minuman yang bernama jus. Minuman ini mempunyai aneka rasa sesuai dengan bahan utama yang digunakan. Namanya pun disesuaikan dengan bahan utamanya. Misalnya, jika bahannya sirsak, maka dinamakan jus sirsak; dan rasanya pasti rasa sirsak. Atau jika bahannya wortel, maka akan dinamakan jus wortel.
Umumnya bahan utama jus ada 2, yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran. Memang tidak semua sayur dapat dijadikan jus. Cara pembuatan dan penyajiannya pun amat sederhana. Cukup diblender. Untuk menambah citra rasanya, biasanya ditambahkan sedikit gula atau madu dan juga es.
Sekalipun mudah dan gampang, orang perlu memperhatikan beberapa hal terkait dengan penyajian jus. Tulisan berikut ini akan memberikan gambaran bagaimana menyajikan jus yang baik dan sehat. Lebih lanjut tentang ini langsung saja baca di sini: Budak Bangka: Cara Menyajikan Jus yang Baik dan Sehat

Thursday, 17 November 2016

Hidup Penuh Syukur

Bersyukur merupakan bagian dari iman. Orang yang tahu bersyukur adalah tanda orang yang beriman. Dalam bersyukur, seseorang berserah kepada penyelenggaraan ilahi. Itulah iman.

Akan tetapi, perlu disadari bahwa sikap syukur ini bukan hanya terjadi bila orang mengalami sesuatu yang menyenangkan, atau bila harapan dan permohonannya dikabulkan. Atau dengan kata lain, bersyukur karena sesuatu yang baik dan positif. Sikap syukur ini tak jauh beda dengan sikap terima kasih. Dan ini bukan yang dimaksud bersyukur sebagai ungkapan iman.

Sebagai bagian dari iman, orang akan bersyukur sekalipun mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan hatinya, atau bila harapan dan permohonannya belum dikabulkan. Atau dengan lain perkataan, orang tetap bersyukur sekalipun sesuatu yang tidak baik atau negatif terjadi. Dalam bersyukur, seseorang tidak memaksakan kehendak dan keinginannya, melainkan menyerahkan kepada kehendak Tuhan.

Tulisan ini mengulas sedikit tentang sikap syukur ini. Dengan ini, kita diajak untuk hidup dengan penuh syukur. Lebih lanjut tentang tulisan ini, baca di sini: Budak Bangka: (Inspirasi Hidup) Hiduplah Penuh Syukur

Wednesday, 2 November 2016

AHLI AL QURAN INI MENEMUKAN KEBENARAN IMAN KRISTIANI

Namanya Saifuddin Ibrahim. Lahir di Bima (Nusa Tenggara Barat), 26 Oktober 1965, dari keluarga muslim taat. Pernah kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama. Pernah mengajar di Pesantren Darul Arqom Sawangan, Depok (Jawa Barat), sebelum akhirnya pindah mengajar di NII Al-Zaytun Panji Gumilang, Indramayu (Jawa Barat).
Ayah empat anak ini sejak awal sudah terlihat sangat anti terhadap kekristenan. Ada semangat tersembunyi ingin menghancurkan iman Kristen. Anak-anaknya, secara khusus yang putra, diberi nama tokoh islam radikal seperti Fikri Khomeini, Mu�ammar Kadhafi dan Saddam Husain. Pemberian nama ini dengan maksud agar kelak mereka juga militant seperti dirinya, dalam memberantas iman kristiani.
Akan tetapi, pada 4 Maret 2006, Ibrahim meninggalkan Indramayu. Dia meninggalkan jabatan, kenyamanan dan kemapanan hanya untuk mengikuti Kristus. Ada banyak kritik yang dilontarkan kepadanya, seperti yang tertulis dalam suara islam. Namun setelah membaca tulisan itu, terlihat jelas lemahnya argumen-argumen mereka untuk untuk membuktikan kelemahan Ibrahim ini.

Mau tahu alasan Saifuddin Ibrahim meninggalkan islam dan menjadi Kristen? Langsung saja nonton film berikut ini. https://www.youtube.com/watch?v=GTs92joC8jk

KAUM REMAJA, JANGAN MAU MENIKAH DINI

Menikah adalah hak setiap orang, yang harus dihormati siapa pun. Akan tetapi, pernikahan dini (menikah diusia muda, di bawah 18 tahun) merupakan bentuk pelanggaran atas hak anak, khususnya anak perempuan. Anak perempuan, sebagai pihak yang paling rentan menjadi korban dalam kasus pernikahan dini, juga mengalami sejumlah dampak buruk.
Pada Januari hingga April 2011, Plan Indonesia (PI), organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, mengadakan penelitian tentang pernikahan dini. Penelitian ini dilakukan di delapan kabupaten di seluruh Indonesia, seperti Kabupaten Indramayu (Jawa Barat); Grobogan dan Rembang (Jawa Tengah); Tabanan (Bali); Dompu (NTB); serta Timor Tengah Selatan, Sikka, dan Lembata (NTT). Dari penelitian itu PI mencatat bahwa 33,5 persen anak usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 15-16 tahun. Ini berarti sekitar 10 juta anak perempuan terpaksa atau dipaksa menikah dini setiap tahunnya.
Memang hasil ini tidak mewakili seluruh populasi di Indonesia, namun temuan ini bisa menjadi gambaran kasus pernikahan dini secara umum di tanah air. Selain itu data ini tak jauh berbeda dengan temuan Bappenas tahun 2008 bahwa 34,5 persen dari 2.049.000 perkawinan tahun 2008 adalah perkawinan anak.
Ada beberapa faktor penyebab kenapa orang memilih menikah di usia muda. Pertama, terbuai oleh indahnya masa pacaran. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam arti tertentu pacaran merupakan tahap awal menuju jenjang pernikahan. Banyak anak-anak remaja, ketika berpacaran merasakan romantisme hidup, senang dan bahagia, lantas berpikir bahwa romantisme itu akan mereka alami saat menikah. Padahal, hidup berumahtangga tidaklah seperti hidup pacaran. Romantisme pacaran tak selamanya bertahan.
Kedua, dari hasil penelitiannya, PI menyebut faktor yang mempengaruhi perkawinan anak, yaitu perilaku seksual dan kehamilan tidak dikehendaki. Hal ini terkait dengan masa pacaran. Tak jarang pada masa pacaran, anak-anak melakukan hubungan suami-istri, yang berakibat pada kehamilan. Dan ketika hamil, maka menikah adalah solusinya. Inilah yang dikenal dengan gelar MBA, Marriage by accident.
Ketiga, faktor tradisi atau budaya. Ada beberapa daerah yang mempunyai tradisi menikahkan anaknya di usia muda. Faktor ini ditunjang juga oleh rendahnya tingkat pendidikan orangtua. Banyak orangtua beranggapan bahwa menikahkan anak perempuan secepatnya bisa membantu meringankan beban hidup mereka. Padahal pernikahan dini justru menambah masalah dan memperburuk masa depan anak, khususnya perempuan. Karena pernikahan dini membantasi ruang gerak anak dan hal lain yang seharusnya mereka lakukan.
Keempat, masalah kemiskinan. Kebanyakan pernikahan dini terjadi di daerah-daerah miskin, baik secara ekonomi maupun informasi. Tak sedikit keluarga-keluarga yang cepat menikahkan anaknya berpikir bahwa pernikahan dini merupakan solusi mengatasi beban ekonomi keluarga. Orangtua berpikir bahwa beban hidup anak perempuannya bukan lagi menjadi tanggungannya, melainkan keluarga baru. Tidak disadari bahwa tindakan ini justru melahirkan keluarga miskin yang baru. Ini ibarat lingkaran setan kemiskinan. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi tentang perkembangan dunia sekitar.
Kelima, lemahnya penegakan hukum. Sebenarnya hukum memberi perlindungan kepada anak. Hukum melarang pernikahan anak usia muda. Akan tetapi, seperti yang sudah disebut di atas, rendahnya pendidikan orangtua dan faktor lainnya, membuat hukum tak berkutik. Biasanya hukum �kalah� ketika menghadapi argumen orangtua, �Yang menikah adalah anak saya, kenapa kalian sibuk?� dan sejumlah argumen lain.
Kelima faktor di atas inilah yang membuat banyak orang melakukan pernikahan dini. Dalam pernikahan dini seakan kaum perempuan tidak mempunyai pilihan hidup selain terpaksa atau dipaksa. Umumnya, baik orangtua maupun anak, sama sekali tidak melihat dampak buruk dari pernikahan dini.
Setidaknya PI menemukan ada 3 akibat buruk yang akan dialami oleh pasangan nikah muda. Ketiga akibat buruk itu adalah sebagai berikut.
1.     Rentan KDRT. Hasil temuan PI, sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah. Hal ini terjadi karena yang menikah belumlah matang dalam pola pikir dan emosinya pun masih labil.
2.     Resiko Meninggal. Selain tingginya angka KDRT, pernikahan dini berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar
3.     Terputusnya akses pendidikan. Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin
Demikianlah beberapa dampak buruk dari pernikahan usia muda. Tentulah setiap orang pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari dari hal-hal buruk. Semua orang suka akan hal-hal yang baik. Karena itu, sudah sepantasnya pernikahan dini ini dihindari. Ini menjadi tugas semua elemen masyarakat, mulai dari keluarga (terutama orangtua), Gereja hingga pemerintah.
Hukum Gereja memang membolehkan anak usia muda menikah. Kanon 1083 menetapkan usia nikah untuk pria 16 tahun, dan perempuan 14 tahun. Penetapan usia muda ini semata-mata dari sudut biologis saja, karena pada kanon 1072 para pastor diminta untuk menjauhkan kaum muda dari pernikahan dini. Dengan kata lain, Gereja menghendaki agar kaum remaja dan kaum muda katolik tidak terjebak dalam pernikahan usia muda.
Untuk itu, peran pastor-pastor paroki untuk membuat kebijakan yang dapat membantu umatnya menangani masalah ini. lewat kotbah dan katekese, para imam harus tanpa henti mensosialisasikan tentang bahaya pernikahan dini, harapan Gereja akan sebuah keluarga, tujuan pernikahan, dan lain sebagainya. Sosialisasi ini bukan hanya kepada kaum remaja dan kaum mudanya saja, melainkan juga kepada para orangtua. Banyak pernikahan dini terjadi karena paksaan orangtua.
Pangkalpinang, 1 Oktober 2016

by: adrian, dari berbagai sumber